Termenung kumenatap awan putih bergemilang dilangit biru
Menelusuri dunia dengan arah yang tak pasti dimana akan singgah
Tiada rasa lelah awan-awan dihembuskan angin yang tak berarah
Seakan awan bergemuru dan berkabut membendung terang sinar mentari .
Awan bagaikan kesucian dari lambang kehidupan dilangit biru
Karena awan putih dan bersih terlihat akan mata manusia
Kebersihan dan kesucian tak selamanya suci dan bersih
Seperti awan tak selalu bersih , bisa murung memberi kegelapan didunia
Bumi adalah tempatku berpijak , telah memberikan kehidupan sesungguhnya
Dan kerakusan yang telah terlahirkan dibumi untuk menghabisi seisi bumi
Angin memberiku nafas kehidupan
Yang sesuka menghirup dan membuang
Dan kesombongan manusia tidak akan pernah mengucapkan
Rasa terima kasih dengan nafasnya .
Air memberikan kukehidupan
Namun keserakahan mengjarkanku untuk
Mengotori sungai-sungai yang mengalir dengan tenang
Dan sumber air telah kehilangan fungsi
Menjadi sebuah kapitalis dalam kehidupan manusia
Banyak hal yang membuat kita seakan seperti orang gila
Karena dengan segala tingkah manusia yang semakin aneh....
Seperti hutan dan pohon tidak lagi asri untuk memberikan kenyamanan
Bagi semua mahluk hidup yang ada didunia .
Bahkan pohon telah menangis untuk tempat dia tumbuh dibumi
Karena setiap pohon tumbuh segera akan ditebang keserakahan manusia
Binatang tak lagi terlihat dan tak lagi menghibur dipagi hari dengan nyanyiannya
Karena semua telah musnah diburu kerakusan
Dengan ganasnya memburu binatang untuk dijadikan santapan manusia
Dan bahkan menjadi barang mahal untuk dijadikan pasaran bisnis manusia .
Manusia bagaikan mahluk hidup pemangsa nomor satuu dibumi..........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H