Mohon tunggu...
Kresna Aziz
Kresna Aziz Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa FIB UNAIR 24.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Popularitas Penggunaan Lilin Aromaterapi di Indonesia

1 Januari 2025   00:40 Diperbarui: 1 Januari 2025   00:40 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lilin aromaterapi merupakan jenis lilin khusus yang dipadukan dengan essential oil untuk menghasilkan aroma. Biasanya lilin aromaterapi dimanfaatkan untuk pengobatan alternatif, penghias dan pengharum ruangan serta dapat digunakan untuk mengusir serangga. Lilin aromaterapi bisa pula digunakan sebagai refreshing, relaxing, serta dapat menyembuhkan sakit kepala ringan. Pada dasarnya produk tersebut dibuat menggunakan minyak essential oil yang mempunyai aroma yang menyegarkan. 

Dahulu, Bangsa Mesir kuno membuat lilin aromaterapi dari lemak hewan dan lilin lebah. Mereka membakar lilin ini dalam upacara keagamaan dan di makam-makam untuk membantu jiwa menuju akhirat. Sama seperti di Tiongkok dan India, tanaman aromatik seperti kayu cendana dan kemenyan dibakar dalam upacara keagamaan dan penyembuhan. Bangsa Romawi dan Yunani kuno juga menggunakan minyak esensial yang diekstraksi dari tanaman untuk mandi dan pijat, yang dianggap dapat menyucikan tubuh dan jiwa.

Di Indonesia, lilin aromaterapi terkenal bermula dari aromaterapi yang masuk terlebih dahulu pada sekitar abad 400 SM karena pengaruh agama Hindu yang memperkenalkan pengobatan herbal menggunakan minyak yang berasal dari tumbuh tumbuhan tertentu. Tanaman yang dapat menghasilkan minyak esensial berjumlah sekitar 500 spesies dan terdapat kurang lebih 40 jenis tanaman penghasil minyak esensial yang tumbuh di Indonesia.

Pada tahun 1980-an, menjadi awal mula lilin aromaterapi menjadi tren di kalangan masyarakat yang tertarik pada kesehatan alami dan kesejahteraan. Lilin ini banyak digunakan di rumah, spa, dan ruang meditasi untuk menciptakan suasana yang tenang dan menenangkan. Popularitas lilin aromaterapi juga didorong oleh meningkatnya kesadaran akan pentingnya menciptakan lingkungan hidup yang nyaman dan harmonis. 

Tentu kepopularitasan penggunaan lilin aromaterapi memberikan dampak yang cukup besar bagi Indonesia. Penggunaan lilin aromaterapi akan membantu masyarakat Indonesia untuk mengurangi stres, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan efek rileks yang muncul pasca wangi dari lilin muncul. Selain itu, penggunaan lilin aromaterapi juga dapat membantu Indonesia untuk menaikkan perekonomian negara, hal tersebut sejalan dengan adanya potensi sumber daya alam dan pengolahan minyak atsiri yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu. 

Dari kedua bidang tersebut, kita bisa melihat bahwa budaya penggunaan lilin aromaterapi di kalangan masyarakat Indonesia menjadi bukti bahwasannya mereka lebih sadar akan kesehatan mental dengan pemanfaatan hal-hal yang ilmiah bukan mistika, dan masyarakat Indonesia juga dapat memiliki potensi perekonomian dengan memanfaatkan pembuatan bahan dasar lilin aromaterapi dan pembuatan lilin aromaterapi itu sendiri.

Namun, tentu budaya penggunaan lilin aromaterapi juga memberikan dampak lain. Pemanfaatan lilin aromaterapi untuk kesehatan mental tidak semata-mata dinilai dari wangi yang diberikan oleh bahan dasar lilin tersebut (minyak atsiri), tetapi bahan dasar dari lilin menjadi hal yang harus diperhatikan juga. Perlu diketahui bahwasannya produk-produk lilin aromaterapi banyak yang masih menggunakan parafin sebagai bahan utamanya. Hal tersebut akan memicu terjadinya kanker pada tubuh penggunanya. 

Meskipun lilin aromaterapi memiliki potensi dalam perekonomian Indonesia. Tetapi budaya penggunaan lilin aromaterapi juga dapat berpotensi merubah pola konsumsi dan materialisme masyarakat. Tren lilin aromaterapi yang terus berkembang, terutama dalam kalangan masyarakat yang mencari kenyamanan atau relaksasi, dapat mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan. Hal ini bisa meningkatkan tingkat materialisme dalam masyarakat, di mana orang lebih fokus pada barang-barang yang mendukung gaya hidup tertentu, seperti lilin dengan wangi tertentu, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kebiasaan pengeluaran atau keuangan pribadi mereka.

Dari dampak-dampak diatas dapat disimpulkan bahwasanya popularitas yang ada disekitar masyarakat memiliki sisi positif dan negatif dalam bidang apapun. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat harus bisa mempertimbangkan sikap melalui pemikiran atas segala hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Jika hal tersebut dilakukan dengan baik dan benar, maka kita akan mendapatkan lebih banyak dampak positifnya (manfaat) dibandingkan dampak negatifnya (rugi). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun