Aku tidak dapat membayangkan, jika suatu saat kau pergi meninggalkanku sendirian.
Entah, apa yang terjadi jika suatu saat, hal itu datang padaku? Apakah hari-hariku kembali dipenuhi dengan kristal bening? Ataukah membuat langkah kaki terhenti di setiap persimpangan untuk menemukan kembali dirimu?
Kompasiana, bersamamu hari-hariku, sungguh kembali menjadi berseri dan penuh arti.
Harapan demi harapan kembali bersemi dan tumbuh subur, bagai kuncup bunga yang bermekaran di saat musim semi.
Hadirmu telah memampukan diriku melangkah dengan senyum manis dan siap menjumpai pagi menyambut ceria mentari yang bersinar.
Segala gundah menjadi sirna tergantikan oleh keyakinan dan semangat membara untuk meraih semua cita.
Keraguan dan nestapapun telah terbenam, layaknya mentari di ufuk barat yang terangkul dan terbenam dalam pelukan malam.
Kehangatan di antara kita, kau hadirkan di setiap sapaan mesra dengan batuk kecil kritik candamu, dan mampu membuatku tersenyum sendiri.
Segala yang telah kau berikan untukku, sungguh membuat aku merindukanmu selalu.
Ketakhadiranmu dalam perjalanan ceritaku, tak pernah aku perdebatkan denganmu, karena aku telah mendapatkan jawabannya dari aksara yang kau sajikan untukku.