Mohon tunggu...
Raditya Nugraha
Raditya Nugraha Mohon Tunggu... -

sederhana menggugah

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Garuda Sejati, Garuda Kertas: Sepenggal Cerita Bodoh PSSI Yang baru

15 September 2011   13:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Prihatin dan kecewa. Dua kata yang menggambarkan suasana hati saya yang sekejap saja membungkam rasa bangga terhadap laskar Garuda senior. Selang 4 hari setelah saya berhasil berdamai dengan logika yang mengatakan bahwa Iran bukanlah lawan yang sepadan bagi Indonesia ditinjau dari aspek manapun, kekalahan Indonesia atas Bahrain menggiring opini saya kepada sebuah kesimpulan: Reformasi PSSI ompong, omong besar kaum reaksioner.

Kesimpulan saya tersebut bukanlah sebuah pembenaran ataupun pembelaan atas rezim PSSI sebelumnya namun lebih kepada hilangnya makna reformasi yang digembar-gemborkan oleh PSSI rezim baru dibawah kepemimpinan Djohar Arifin Husein. Reformasi haruslah sebuah pembaharuan ke arah yang lebih baik, namun reformasi yang terjadi tidak lebih dari sebuah pertunjukkan perbedaan kebijakan organisasi. Reformasi PSSI hanya dimaknai dengan berbedanya rezim Djohar dengan rezim Nurdin yang dilengserkan secara tidak hormat. PSSI baru setidaknya sudah memperlihatkan dua kebijakan yang sangat berbeda, visioner, namun tidak disertai dengan pertimbangan yang cukup arif dan komprehensif. Pergantian rezim melahirkan kebijakan yang tak terevaluasi dengan baik, korbannya adalah Tim Nasional (Timnas) Merah Putih dan masyarakat pecinta sepak bola tanah air.

Konsep Liga Indonesia, Konsep Wilayah Lagi

Pertama, dalam penentuan konsep Liga Indonesia. Berawal dari niat menjembatani antara Liga Super Indonesia (LSI) dengan Liga Primer Indonesia (LPI), PSSI hampir pasti memutuskan konsep Liga lebih dari satu wilayah. Konsep tersebut dimaksudkan agar Liga Indonesia dapat mengakomodir lebih banyak klub, mengingat total 40 klub yang terdaftar di LSI dan LPI masih menginginkan Liga yang kompetitif pada musim yang akan datang. Harus diakui, LSI, kompetisi nomor wahid di Indonesia belum mampu mengangkat prestasi Timnas. Sementara itu, LPI yang digadang-gadangkan merupakan kompetisi yang berkualitas dengan menjunjung konsep fair play menurut saya sejauh ini hanya mempertontonkan sebuah kompetisi yang tidak kompetitif. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menurunnya performa Irfan Bachdim setelah berlaga di LPI bersama Persema dibandingkan saat ia berlaga di Piala AFF. Persema dan beberapa tim lainnya terlalu tangguh bagi tim-tim amatir di LPI.

Menurut saya, bila akhirnya PSSI memaksakan mengakomodir beberapa tim amatir kedalam liga kasta tertinggi dengan pemakaian format wilayah hanya menggiring Liga Indonesia kepada penurunan kualitas kompetisi. Bayangkan bila tim kuat wilayah barat semacam Arema, Sriwijaya atau Persija tidak berjumpa dengan tim tangguh wilayah timur seperti Persipura dalam format liga (mungkin hanya bertemu di grand final). Akhirnya, liga yang kompetitif bukan saja tidak lagi dapat dinikmati oleh masyarakat, tetapi juga oleh pemain itu sendiri. Hal tersebut berimplikasi langsung kepada penurunan peforma, teknik, dan motivasi para pemain. Lebih jauh, dampak dari Liga yang tidak kompetitif ini hanya menghasilkan pemain-pemain muda lokal dengan kualitas yang seadanya. Dan ingat, pemain muda adalah masa depan timnas Garuda.

Kebodohan Disaat Yang Tidak Tepat

Kebijakan kedua, menurut saya adalah kebijakan yang aneh dan paling tidak masuk akal. Kurang dari sepekan persiapan timnas senior dalam menghadapi Kualifikasi Piala Dunia zona Asia Grup E kontra Turkmenistan, PSSI memecat Pelatih timnas, Alfred Riedl dan Asisten, Wolfgang Pikal. Riedl dan Pikal digantikan oleh Wim Rijsbergen. Suka tidak suka, Wim harus mengolah tim yang tidak pernah dipilih olehnya untuk menghadapi Turkmenistan. Untungnya, Wim didampingi untuk sementara oleh Rahmad Darmawan sebagai asisten pelatih selama babak ke dua penyisihan PPD. Hampir 90 persen pemain timnas yang sudah terdaftar pernah diasuh olehnya.

Riedl mampu mengangkat level permainan timnas Indonesia. Dari visi bermain, teknik dan efektivitas pergerakan. Kendati Indonesia yang pekasa di delapan laga Piala AFF harus takluk di final kontra Malaysia, permainan Timnas tidaklah mengecewakan. Alih-alih kontrak yang tidak jelas, Riedl dipecat secara sepihak. Padahal, bukan perkara sulit untuk mengurus kembali kontrak Riedl ketimbang harus mengurus kontrak pelatih baru. Bukan hanya Riedl, Pikal dan seluruh komponen Timnas yang menjadi korban arogansi rezim Djohar, sang meneer, Wim akhirnya menjadi korban baru yang menjadi bulan-bulanan media akhir-akhir ini. Kualitas dan gaya permainan Timnas yang sudah meningkat dibawah komando Riedl secara tak lazim dibebankan kepada Wim yang pastinya memiliki gaya kepelatihan dan visi bermain yang berbeda. Layaknya sebuah ungkapan China “mengangkat batu hanya untuk menjatuhkannya lagi diatas kaki orang lain” yang menggambarkan sebuah kondisi yang penuh dengan kebodohan. Menurut saya, PSSI telah melakukan kebodohan disaat yang tidak tepat.

Optimis dan menaruh target setinggi-tingginya adalah hal yang wajib dalam sebuahkompetisi yang sehat. Namun, harus selalu ada logika dan strategi tepat sebagai sebuah sikap yang harus dimiliki sebuah tim yang paling tidak diunggulkan. Hanya bermodalkan kemenangan babak kedua atas Turkmenistan dengan agregat 5-4, kemenangan 4-1 atas penghuni peringkat 157 FIFA, Palestina, dan dua hasil mengecewakan atas Timnas U-23 dan Yordania, Timnas terbang ke Iran untuk dibantai 3-0 dan menjamu Bahrain di Jakarta untuk kembali kalah 0-2.

Statistik Pertandingan Indonesia Terhadap Kompetitor di Kualifikasi PPD Grup E

Tim

Laga

Menang

Seri

Kalah

Bahrain

6

2

2

2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun