Revolusi Industri 5.0 membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Fokus utamanya adalah kolaborasi antara manusia dan teknologi untuk menciptakan solusi yang lebih manusiawi dan personal. Dalam konteks pendidikan, sinergi ini menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Virtual Reality (VR), dan Augmented Reality (AR).
Pendekatan filosofis dalam pendidikan di era Revolusi Industri 5.0 menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara efisiensi teknologi dan nilai-nilai humanistik. Epistemologi, ontologi, dan aksiologi menjadi landasan teori yang membantu memahami interaksi antara manusia dan teknologi dalam proses pembelajaran.
Epistemologi: Teknologi pendidikan memungkinkan produksi dan penyebaran pengetahuan dalam skala besar. Namun, validitas pengetahuan yang dihasilkan sering dipertanyakan karena bias algoritma atau kurangnya konteks sosial. Oleh karena itu, literasi digital menjadi penting untuk memverifikasi informasi yang diperoleh.
Ontologi: Peran guru berubah dari sumber utama pengetahuan menjadi fasilitator yang mengelola interaksi siswa dengan teknologi. Teknologi bukan hanya alat, tetapi mitra aktif dalam proses belajar, yang menuntut redefinisi identitas manusia sebagai makhluk pembelajar.
Aksiologi: Teknologi pendidikan harus digunakan untuk mempromosikan inklusivitas, keadilan, dan keseimbangan. Implementasi teknologi seperti VR dan AR harus memperhatikan aspek etika seperti privasi dan akses yang setara.
Meskipun teknologi menawarkan banyak peluang, ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Validitas dan keandalan pengetahuan yang diperoleh melalui teknologi, keamanan data, dan kesenjangan akses teknologi menjadi perhatian utama. Data dari UNESCO menunjukkan bahwa hanya 45% siswa di negara berkembang memiliki akses yang memadai terhadap teknologi pendidikan
Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi pelatihan guru dan tenaga kependidikan, pengembangan kurikulum yang adaptif, dan peningkatan infrastruktur teknologi. Pemerintah dan institusi pendidikan perlu merumuskan kebijakan yang mendukung akses teknologi secara merata dan memastikan bahwa teknologi digunakan secara etis.
Menurut laporan terbaru dari McKinsey (2022), implementasi teknologi pembelajaran berbasis AI dapat meningkatkan hasil belajar hingga 30% dalam satu tahun jika digunakan secara efektif. Selain itu, laporan EdTech (2023) memperkirakan bahwa penggunaan VR dan AR dalam pendidikan global akan meningkat hingga $12,6 miliar pada tahun 2025. Namun, sebuah studi OECD (2021) menunjukkan bahwa hanya 56% guru di seluruh dunia merasa memiliki keterampilan yang memadai untuk menggunakan teknologi secara efektif dalam pembelajaran.
Revolusi Industri 5.0 menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui sinergi manusia dan teknologi. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi seperti AI, VR, dan AR dapat digunakan untuk mempersonalisasi pembelajaran dan memenuhi kebutuhan individu. Namun, tantangan seperti validitas pengetahuan, keamanan data, dan kesenjangan akses teknologi harus menjadi perhatian utama. Pendekatan yang berpusat pada manusia dan etika akan menjadi kunci dalam memastikan bahwa teknologi mendukung pendidikan yang lebih inklusif, efektif, dan bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H