Minggu lalu adalah saat pertama kali diumumkan mengenai rencana kebijakan sensor konten yang akan diterapkan salah satu social media dengan global users, Twitter dengan bekerja sama dengan beberapa negara. Belum lama ini, perdana menteri negara Thailand, Yingluck Shinawatra, telah mengumumkan Thailand mendukung kebijakan sensor yang diajukan Twitter tersebut dan akan segera menghubungi pihak Twitter untuk membahas lebih jauh mengenai kerja sama tersebut. Sampai saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara dengan user terbanyak yang menggunakan Twitter dengan tingkat penetrasi tertinggi di dunia yaitu sebesar 20,8% menurut laporan Jakarta Globe pada tahun 2010. Bukan hal yang tidak mungkin jika suatu hari kebijakan sensor Twitter tersebut juga diberlakukan di Indonesia. Seberapa sering kita mendengar isu atau konflik yang timbul karena berkicau di Twitter, seperti yang terakhir kali terjadi antara Addie MS, Kevin Vierra, dan Marissa Haque. Andaikan saja suatu hari kebijakan sensor ini sungguh diberlakukan di Indonesia, apakah yang akan terjadi? Siapa yang akan bertanggung jawab untuk menentukan konten yang bagaimanakah yang akan disensor? Bagaimana nasib demokrasi di Indonesia, dimana masing-masing individu mempunyai hak untuk berpendapat dan beraspirasi? Dan andaikan saja artikel ini dibaca oleh pihak Twitter, semoga saja mereka yang menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk menerapkan kebijakan sensor, karena sudah pasti mereka mengalami kerugian yang besar (karena Indonesia termasuk dalam jajaran Tops World Twitter Rankings) dan akan menerima penolakan dari berbagai pihak (terutama generasi Y Indonesia) yang sadar akan peran mereka menjadi pemimpin-pemimpin masa depan dan penerus demokrasi di negeri ini. -Karen Kamal-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H