[caption caption="sumber: dokumen pribadi/Agus Nur Rokhim"][/caption]
.............
”Abang ada lighter?”
Suara Roshid, pemuda umur 30-an yang biasa dipanggil Bang Roshid, membuyarkan konsentrasiku, saat ku sedang asyik “memainkan” sudu skimdan semen.
“Ada Bang, ini," jawabku sambil menyerahkan korek api dari saku celana jeanku.
“Abang tak nak hisap ke?” tanya Bang Roshid sambil mengulurkan bungkus rokok merk Sury* sewaktu mengembalikan korek api kepadaku.
“Tidak Bang, terimakasih, ini rokokku masih banyak” jawabku sembari tersenyum menerima korek api.
“Huhh... ini hari banyak susah lah Bang, saye same Kerani suruh skim itu balkoni, ooiiyyo banyak penat, pasal mesti nak cun-cun kita punya almini, uang 1 ringgit pun tak boleh lalu tu almini, kalau Kerani cek itu tak cantik, masih nampak gelombang, mesti kitorang suruh skim balik.”
Bang Roshid menceritakan situasi kerjanya kepadaku menggunakan bahasa Melayu sambil menghembus-hembuskan asap rokok dari bibirnya yang nampak kering dan menghitam.
“Dibuat santai saja Bang, kerani kan tidak menyuruh kerja cepat-cepat khusus untuk bangunan contoh ini, yang penting bagus dan rata,” jawabku sembari mengaduk adonan semen yang mulai agak mengeras.