Mohon tunggu...
Deni Sukotjo
Deni Sukotjo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

terus memermisifkan kopi untuk melawan pemermisifan korupsi | #opinikopi | #betadine

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jaman Berubah Perilaku Tak Berubah

23 Desember 2010   15:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:27 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kurang lebih itu kalimat awal dari lirik lagu “Rubah” yang dibawakan oleh seorang Iwan Fals. Memang, sekarang ini zaman sudah banyak berubah, banyak sesuatu yang dulu dianggap tabu, dan untuk melakukannya-pun kita sering sembunyi-sembunyi, menunggu sepinya orang, menunggu kondisi yang tepat, tetapi sekarang hal itu bukan lagi menjadi pertimbangan utama untuk melakukannya. Bahkan seolah-olah dengan sengaja menungu moment yang tepat (ramai) untuk menunjukkan pada khalayak, entah pemikiran yang bagaimana yang berkembang pada kebanyakan orang sekarang ini. Tapi lagi-lagi ini sekedar opini, pembaca yang setuju(terima kasih banyak), yang tidak setuju(ayolah mamen..setujui statementku.. hoho). Yang tidak setuju silakan, sekali lagi ini sekedar opini atas pengamatan pribadi.

Tidak mau jauh-jauh melihat yang diseberang disana, disekitar kita mungkin banyak contoh yang mengindikasikan statement awal diatas. Dari teman disekitar rumah, teman bergaul dikampus, bahkan teman ngopi ketika malam datang. Dari berkurangnnya rasa malu ketika seorang remaja wanita mempertontonkan sebagian lekuk tubuhnya dengan berpakaian serba “sebatas”, sebatas pres body, sebatas tengah paha, sebatas pangkal lengan, sampai rasa bangga seorang remaja SMP yang dengan lagak sang Dewasa dengan sebatang rokok terselip diantara telunjuk dan jari tengahnya yang saya yakin itu terbeli dari jatah uang saku dari orang tua yang punya mimpi besar akan prestasi membanggakan pada anaknya disekolah. Atau mungkin suatu kebangaan tersendiri bagi sekumpulan remaja yang sedang berpesta meneguk minuman beralkohol.

Ya, sebuah perbedaan gaya hidup yang bila kita membandingkannya dengan gaya hidup ketika saya seusia mereka sudah sangat berbeda 180 derajat.. Sebuah “kebangaan atas prestasi kepiawaian menyikapi tuntutan perubahan zaman”, atau sebuah cerminan rapuhnya stronghold system mental bangsa ini??

Teringat ketika seorang teman bertanya kepada seorang Guru mata pelajaran yang dulu masih bernama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, “Pak, bagaimana cara kita sebagai seoarang pelajar menyikapi pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat seperti sekarang ini? Tentang pengaruh budaya barat yang jauh berbeda dengan budaya ketimuran kita?”. Dan Guru menjawab, “Sebenarnya sudah cukup dengan kita memahami, mengamalkan, dan menjaga kemurnian dari ideologi bangsa kita, “PANCASILA”, karena nilai-nilai yan terkandung didalamnya sudah membahasnya.”.

Tetapi sekarang ini, mungkin kita juga mempertanyakan lagi apakah masih bisa hal itu dijadikan solusi???

Pancasila, disudut mana lagi dinegeri ini yang masih menjaga kemurnianmu?

disudut mana lagi dinegeri ini yang tidak mengingkarimu sebagai ideologi?

disudut mana lagi dinegeri ini yang tidak memunafikkanmu sebagai kesepakatan awal sebagai pedoman negeri ini?

Sekali lagi ini sekedar opini tentang kegelisahan hati, kegelisahan melihat miskinnya kepedulian pribadi, tentang miskinnya rasa saling memiliki,

10.12.10,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun