Suatu malam, di dalam mimpi, seorang perempuan sedang berbincang dengan Tuhannya. Perempuan itu bertanya, “Tuhan, aku ingin bicara, menceritakan apapun yang ku alami setiap hari di dunia ini, tapi aku tidak tahu kepada siapa aku harus bicara, tidak ada satupun yang ingin mendengarku mereka tidak mengerti.” Lalu Tuhan menjawab, “Carilah! Aku telah siapkan seseorang untuk mu!”
Perempuan itu bertanya-tanya, siapa yang dimaksud Tuhan. Di malam berikutnya, ia kembali menemui Tuhannya. “Tuhan, aku sudah menemukannya, dia bisa mendengarku, tapi dia sudah pergi. Mungkin dia lebih bahagia jika bukan denganku.”
Tuhan kembali menyuruhnya mencari. Akhirnya, perempuan itu bertemu seseorang. Tidak lama, perempuan itu kembali lagi kepada Tuhannya, “Tuhan, aku menemukannya lagi, tapi dia jahat. Dia bukanlah laki-laki baik. Dia brengsek. Lebih brengsek dari iblis yang kau ciptakan dari api.”
“Carilah lagi !” Jawab Tuhannya.
Di suatu malam, ia kembali kepada Tuhan. Ia berkata bahwa ia telah menemukan siapa yang ia cari. “Aku menemukannya lagi, tapi dia sibuk Tuhan, dia tidak pernah ada untukku. Aku harus bagaimana lagi?”
“Cobalah menulis !”
Perempuan itu mengangguk mengerti. Ia menuruti apa yang dikatakan Tuhan. Akhirnya ia menulis berbait-bait. Setiap ia gelisah, ia menulis, menulis dan menulis lagi. Ia merasa seruan Tuhan telah menolongnya meski sedikit. Tapi, ia kembali lagi kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu.
“Tuhan, aku telah menulis. Tapi semua orang bosan melihat tulisanku, mereka tidak suka pada apa yang ku tulis. Apa lagi yang harus ku lakukan Tuhan? Apakah aku harus diam?”
Lalu Tuhan tersenyum padanya. Dia menaikkan dagunya, menghapus air matanya, dan mengusap pipinya dengan tangannya yang lembut, lebih lembut dari segala kain yang ada di dunia ini.
“Akhirnya kau tahu apa yang harus kau lakukan.”
“Apa maksud-Mu ya Tuhan ku..???”
“Diamlah kalau menurutmu itu lebih baik. Bicaralah hanya kepada-Ku, karena Aku adalah sebaik-baiknya tempat kembali. Bicaralah sesukamu dan curahkanlah air matamu di hadapanku. Setiap hari, bahkan setiap jam. Maka aku tidak akan pernah bosan melihatnya, dan mengasihimu.”
“Terimakasih Tuhan, aku akan diam, dan aku hanya akan berbicara hanya kepada-Mu.” Perempuan itu tersenyum dalam dekapan Tuhannya.
“Ingatlah ! Aku akan meningkatkan derajat orang-orang yang bersabar. Maka bersabarlah terhadap siapapun yang membuatmu menangis. Lalu kembalilah kepada-Ku. Aku ada dimana pun kau mau. Bahkan Aku lebih dekat dari urat nadimu sendiri. Percayalah.” (qtc)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H