Contohnya saja sistem Kafalah, di mana asisten rumah tangga atau pekerja domestik yang bekerja di satu keluarga biasanya kalau ingin pindah ke keluarga lainnya, harus dengan persetujuan dari keluarga pertama. Ini sudah dihapuskan. Artinya, sudah ada kiat untuk demokratis.Â
Inipun pak Ali yakini, menjadi gambaran bagaimana Qatar menyikapi tanggapan negatif karena pembangunan besar-besaran di negaranya demi sepak bola dan image negara. Bahkan sudah diumumkan keinginan Qatar dalam menyumbangkan kursi bekas di stadiun kepada Afrika.Â
Pak Ali juga menjelaskan bahwa tidak benar ada larangan alkohol secara total selama World Cup. Di stadion memang tidak diperbolehkan karena ini akan memicu kericuhan yang tidak diinginkan Qatar. Seperti biasanya, para Hooligans atau fans berat masing-masing negara memenuhi stadion, keamanan tetap dijaga dengan mengundang tentara dari Amerika, Pakistan dan negara lainnya.Â
Karena Pak Ali harus meninggalkan ruangan, acara dilanjutkan moderator Gana Stegmann dengan memutarkan video keindahan Doha dan bertanya kepada salah satu peserta dari Doha.Â
Dicky, diaspora yang bekerja sebagai pramugara dari maskapai Qatar itu menceritakan seperti apa tempat yang harus dikunjungi selama di Doha. Ia menyebut Shouk Waqif di mana pasar semi modern yang menjual barang khas Qatar, pasar burung, pasar emas dan restoran Arab (Iran, Irak, Qatar), Turki dan lainnya.
Cultural village menjadi tempat yang asyik untuk jalan-jalan. Sejarah Qatar bisa dibedah di sana. Museum juga merupakan tempat yang pas untuk didatangi. Selain banyak yang gratis, ada sesuatu yang menginspirasi.Â
Terakhir, ia menyarankan untuk datang pada bulan November-Februari karena udara sejuk. Tahu sendiri, kan, negara padang pasir....
Baiklah, dari Qatar, kami ajak kalian kembali ke tanah air. Kali ini, ada mbak Asita DK, Kompasianer senior yang rajin banget traveling dan menuliskannya dalam bentuk buku.Â
Sekarang ini, sedang bertapa membuat buku tentang Banyuwangi. Nah, kita bakal dibocorin tentang keindahan kota ibu mertua yang sudah dinikmatinya berkali-kali.Â
Banyuwangi, disebut-sebut sebagai The Majestic di Jawa Timur. Sebagai ibu kota kabupaten, ia tidak hanya menampilkan pesona alam tapi juga penyimpan sejarah. Ingat, ada Kanjeng Raden Tumenggung Wiraguna I atau Mas Alit yang diangkat menjadi Bupati Banyuwangi yang dulu disebut Wana Tirtaganda pada tahun 1774.Â
Bukti sejarah berupa situs bisa kalian tilik di kompleks Inggrisan, kelenteng Hoo Tong Bio, taman makam pahlawan Wisma Raga Satria dan Taman makam pahlawan Wisma Raga Laut (di pantai Boom).