Hi, everyone.
Apa kabar semuanya? Masih sehat dan bahagia?
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana sudah mengajak kalian jalan-jalan ke Polandia, tepatnya ke Poznan. Hadir seorang dosen dari Universitas Bydgoszcz, Dr. Teija Gumilar.Â
Pria Bandung yang menuntut ilmu di ITB Bandung Fakultas Seni Rupa dan Desain yang akhirnya menuntut ilmu sampai ke negeri Jerman pada tahun 1997. Tahun 2001, ternyata memutuskan untuk pindah ke Polandia demi melanjutkan S2 dan S3 di Universitas Poznan. Di sana ia menikah dengan gadis Polandia.Â
Putra bangsa ini sangat membanggakan karena ternyata menghasilkan karya desain ranjang pasien Supramark Bed yang populer di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia dan desain ventilator Covid-19 pertama buatan Polandia, CoViVentil UCM.
Nggak heran kalau kemudian, ia mendapat anugerah dari surat kabar Glos Wielkopolski sebagai salah satu kandidat penerima gelar Man of The Year atas penelitiannya tentang infrastruktur kota Poznan yang ramah difabel.Â
Sejak tahun 2002, bersama KBRI, Kang Teija aktif mempromosikan Indonesia terutama dalam the 1st Indonesia Expo in Central and East Europa pada tahun 2008 dan pendirian Asosiasi Persahabatan Indonesia-Polandia. Pada tahun 2013, Doktor ini menjadi ketua dari Indonesian Diaspora Network - IDN Poland 2013-2016.
Poznan tempat tinggalnya memang agak jauh dari Warsawa, 300 km. Warsawa sendiri hanya 30 km dari Berlin. Namun dikatakan putra Arie Suhada dan Siti Sa'adah, keindahan Poznan tak kalah menarik. Mau ke sana?Â
Dalam Kotekatalk-81 sudah diputarkan video bagaimana gambaran nyatanya. Indah, ya? Arsitektur gaya Eropa, patung, taman, dan lainnya.Â
Oh, ya tema utamanya kan membahas para pengungsi Ukraina yang membanjiri Polandia termasuk Poznan? Menurut Teija, Putin merasa dikhianati karena Ukraina mau masuk NATO sehingga merasa ditinggal setelah membantu Ukraina selama bergabung.Â