Hi, everyone.
Apa kabar? Sehat dan bahagia?
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana sudah mengajak kalian jalan-jalan virtual ke Swedia, tempat di mana nama Celcius berasal dan dipakai sebagai penanda temperatur, serta tempat asal IKEA dan ABBA.
Isabela Nielsen bercerita tentang situasi pandemi di sana dan wisata di Stockholm dan Goeteborg.
Yang menarik dari apa yang dipaparkan mbak Bel adalah kesan "Menyelamatkan nyawa atau menyelamatkan ekonomi?" Mengingat di Swedia yang berpenduduk 10,3 juta jiwa, peraturan tidak seketat di Jerman. Jadi tidak ada lock down. Artinya, kegiatan ekonomi masih tetap berlangsung dan jumlah penderita juga banyak lantaran 4-7 kali lipat dibanding negara tetangga di Eropa.Â
Konon, kata si Bel, supaya kalau semua sudah terkena, bisa imun, jadi sekalian saja.
Oh, ya. Wisata Stockholm seperti kota tua, Gamla stan. Sergels Torg dan istana Raja menjadi rekomendasi Bel. Jika ingin ke kota kedua terbesar di Swedia, Goeteborg, ada juga tempat-tempat bagus yang bisa dikunjungi, seperti cafe yang menjual kue rasa kayu manis yang segede gaban dan patung Poseidon.
Baiklah, dari Swedia, kami akan ajak kalian ke Jerman. Kali ini ke kota Bonn. Kota yang dulu pernah menjadi ibu kota Jerman ini, adalah tempat penting di mana salah satu media internasional seperti Deutsche Welle bermarkas.Â
Bonn juga sangat terkenal dengan bangunan kunonya dan sebuah jalan yang kanan-kirinya dipagari pohon dengan bunga warna merah jambu, seperti sakura di Jepang pada musim semi.Â
Adalah Hendra Pasuhuk, putra Indonesia yang lahir di Bandung tahun 1961. Ia melanjutkan studi di Jurusan Sosiologi dan Ekonomi di Cologne, Jerman.Â