Hallo Kompasianer, apa kabar? Masih di masa pandemi, tetap jaga protokol Kesehatan.
Kalau Sabtu lalu kami menjamu kalian untuk berdiskusi dengan Dr. Giorgio Gonnella dari Italia dan tinggal di Jerman membahas keseruannya akan Wonderful Indonesia. Betapa Indonesia dari Sumatra sampai Bali ia jelajahi. Ia ingin kembali! Bahkan dua peserta zoom dari Jerman ingin ikut serta, lho. Asyik, ya, mereka kena guna-guna jimat ACI, aku cinta Indonesia.
Bagaimana dengan zoom Sabtu ini? Kami akan menghadirkan kota Salatiga!
Salatiga adalah sebuah provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Daerah yang terletak antara Semarang dan Surakarta ini terletak di kaki Gunung Merbabu yang memiliki ketinggian 3.142 m dan Gunung Telomoyo. Tak heran jika kota ini memiliki iklim yang sejuk.
Nama Salatiga konon diambil dari nama Dewi Trisala atau tiga kesalahan yang dilakukan pada raja pertama Semarang.
Nama itu terdapat di monolit Plumpungan. Nama Siddhadewi disebut Trisala lalu menjadi Salatri dan berubah menjadi Salatiga. Sejarah lain menyebutkan kisah Ki Ageng Pandanaran, bupati pertama Semarang yang dirampok oleh tiga orang. Lokasi kejadian disebut Salah Telu. Telu dalam Bahasa Jawa, diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia tiga, atau Bahasa krama inggil yang lebih halus, tigo.
Adalah Koteka, Komunitas Traveler Kompasiana yang terlahir dari blog Kompasiana.com di Jakarta pada tanggal 20 April 2015. Sebanyak 679 anggota kami tersebar di seluruh dunia. Selain menulis di induk kami, kami berkelana ke seluruh dunia.
Admin Koteka formasi saat ini berjumlah 6, Ony Jamhari di Bogor, Muslifa Aseani di Lombok, Diaz di Aceh, Nanang Diyanto di Ponorogo, Gana Stegmann di Jerman dan Dhave Danang di Salatiga. Itulah sebabnya, kami ingin menggali aset daerah atau kekayaan alam di mana salah satu admin kami berada.
Apalagi, Salatiga memiliki keindahan alam yang layak untuk dikunjungi wisatawan seperti gereja, gunung Merbabu, gunung Telomoyo, kolam renang Kalitaman, prasasti Plumpungan, Kandhang Galeri, Air Terjun Umbul Songo, Lapangan Pancasila, Agrowisata Salib Putih, Agrowisata Kue Kering Saga, Tlogo Plantation, Kopeng camping ground, Sendang Senjoyo, Kopeng Paintball, D'Emmerick Adventure Park, Kopeng Treetop Adventure, Goa Rong View, Siwarak Tirto Argo, Kawasan Kopeng, Podo-Podo Aquarium, Rawa Pening, Bundaran Jam Kota Salatiga, Bukit Cinta, Mama Farm Hidroponik, Museum Kereta Api Ambarawa, Desa Mandiri Qaryah Thayyibah, Atlantic Dreamland, Gedung Papak, Arrowhead Park, Gedung Pakuwon , Desa Wisata Tingkir, Monumen Palagan Ambarawa, Pohon Pengantin, Selasar Kartini, Candi Klero, Istana Djoen dan Pemandian Alam Muncul,
Untuk mencapai kota ini bisa melalui jalan provinsi yang menghubungkan Semarang dan Surakarta. Terminal Tingkir adalah terminal bus utama di sana yang melayani bus antarkota. Terminal Tamansari melayani angkot atau taksi bersama. Setelah peresmian jalan tol Semarang-Solo-Bawen -- Salatiga pada tahun 2017, ada wacana pembangunan pertigaan di jalan tol di jalan Pattimura, supaya semakin mendukung infrastruktur di Salatiga. Terkadang, masalah transportasi menjadi kendala atau faktor yang menentukan keinginan wisatawan untuk berkunjung. Semakin mudah, semakin banyak wisatawan yang memiliki peluang untuk menuju tempat wisata. Kalian akan semakin mudah menuju lokasi.
Selain itu, Salatiga memiliki kekayaan intelektual seperti universitas dan kolese. Universitas Kristen Satya Wacana, di mana admin Dhave Danang mengajar bidang biologi adalah yang terbesar. Universitas ini terbesar di Salatiga dengan 14 fakultas dan 3 studi doktor serta 14.000 mahasiswa dan 300 anggota fakultas. Dalam perkembangannya, UKSW memiliki jurusan Destinasi Wisata, yang ini tentu sangat menarik bagi Komunitas Traveler Kompasiana yang bergerak di bidang wisata.