Mohon tunggu...
@gambaranngawur
@gambaranngawur Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Bukan manusia pada umumnya~Manusia setengah kartun

Tabassam:)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suara Gelandang

29 Juli 2019   00:48 Diperbarui: 29 Juli 2019   01:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tubuhku ringkih, mataku sayu, kulitku legam, kakiku pincang. Aku tak sedikitpun punya tenaga untuk bangun. Perutku keroncongan, sedikit melilit karna salah makan. Mungkin karna sebungkus nasi yang terbuang, hasil mengais-ngais sampah depan warung makan. 

Tidurku pulas, beralaskan koran dan tumpukan barang yang telah terbuang. Terik matahari seharian tadi sudah menjadi jaket untuk dinginnya malam yang tiada ampun membuat orang begidik kedinginan. Setiap hari selalu ku dengar alunan nina-bobo dari sumpah serapah berandalan.Mengumpat kesana kemari sambil  mengacungkan sebotol air haram. Sesekali menendang membangunkanku, meminta uang. Aku masih beruntung terlahir sebagai gelandangan, walau bertubuh kurus tak terawat, setidaknya aku masih punya akal sehat.

Anakku merengek hari ini, setelah berjam-jam kuajak berjalan mengais rezeki. Diujung perempatan dibawah jembatan, wajahnya datar, matanya kosong, fikirannya melayang. Entah apa yang tengah ia amati. Rupanya ia sedang iri pada perbedaan nasib yang telah Tuhan gariskan. Dengan pemandangan seorang anak dan bapak yang berpakaian rapi tengah bergurau dibawah payungan halte seberang jalan. Ibunya diam memperhatikan sambil menyungging senyum kebahagiaan. Beberapa saat raut wajahnya berubah, namun bibirnya bungkam, sesekali berkedip, lalu mengalihkan pandangan. "Aku lapar", katanya. 

Aku sadar,aku geram, aku gusar, namun aku santai. Tak baik berandai, lebih baik aku abai...

Jakarta, dikeheningan batin dikesemrawutan kota bulan lalu, 17 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun