Saya pertama kali mengetahui tentang sebuah aplikasi bernama "Steller" dari artikel tekno kompas.com. DIsana disebutkan bahwa aplikasi ini akan menjadi hits tidak lama lagi karena setelah sosial media berbasis personality seperti facebook, pesan macam twitter, dan visual macam instagram, pengguna internet mulai mencari hal-hal baru untuk dijelajahi. Steller termasuk salah satu kandidat kuat karena keunikannya, yaitu memadukan antara informasi tertulis dan visual dari gambar atau video.
Loh? tunggu dulu. Lalu apa bedanya dengan blog? Kan sama saja seperti menulis cerita di kompasiana atau blog yg lain?
Yah, bahasa mudahnya seperti ini. Jika blog itu ibarat seperti menulis artikel di sebuah koran, maka menggunakan "Steller" ini ibarat seperti menulis artikel pada sebuah majalah. Lebih banyak elemen visual, dan lebih sedikit tulisan dibandingkan dengan blogging. Sama halnya seperti artikel majalah, layout, penempatan judul, gambar, dan video nya pun bisa dibuat sangat menarik. JIka Anda betah bercerita berlembar-lembar, malah steller ini bisa terasa seperti menulis sebuah buku.
Untuk yang mau menggunakan aplikasi ini, bisa langsung di unduh di apple store (ios) atau playstore (android). Tetapi sayangnya ada beberapa handphone android yg tidak compatible dengan stellar.Â
ini salah satu contoh story yg saya buat
Dalam dunia fotografi, berbagi cerita menggunakan instagram seperti sebuah foto tunggal. Sedangkan steller lebih seperti membuat foto story atau essay foto dimana untuk membuatnya diperlukan sedikit berpikir. Kalau anda sedang di suatu restoran dan memesan steak, dengan instagram cukup foto saja steaknya, share, dan tunggu sampai ada beberapa orang yg komentar.
Sedangkan steller, berarti anda harus membuat cerita tentang steak itu. Mulai dari apa nama restorannya, bagaimana cara menuju kesana, foto interior restorannya, mungkin proses pembuatannya, serta ekspresi saat memakan steak tersebut. Loh, kok agak repot?
Jadi benarkah aplikasi ini akan hits? Entahlah. Waktu blog sedang jaya-jayanya, penggunanya tidak terlalu banyak. Tetapi dengan adanya microblogging seperti twitter yg relatif nggak perlu terlalu mikir, penggunanya langsung melejit. Bisa jadi orang memang mencari sesuatu yg simple. JIka demikian, apakah steller akan diminati pengguna di Indonesia?
HIts atau tidak, steller sungguh menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H