Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dupan Masih Eksis Sampai Sekarang

29 Agustus 2015   10:15 Diperbarui: 29 Agustus 2015   10:15 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="taman ria"][/caption]

 

Taman Ria.. (Beberapa orang menyebutnya Dupan, kepanjangan dari Dunia Papan) Pesonanya sepertinya tidak akan termakan oleh jaman. Disaat arena permainan sejenis semakin modern, taman rakyat yang satu ini tetap memiliki magnet tersendiri. Bagaimana tidak? Belum ada atraksi yang menyamai tong setan, bahkan disneyland pun tidak punya. Rumah Hantu? Beberapa taman hiburan modern hanya menggunakan gambar, poster, boneka, dan segala macam setan-setanan imitasi. Disini betul betul orang yang menyamar jadi setan. Kadang-kadang mereka bisa usil. Mengejar orang yg ketakutan sampai terkencing-kencing. Lalu siapa yang bisa membayangkan naik komedi putar yang digerakkan dengan tenaga manusia? hehe.

Di era sebelum arena permainan modern menjamur, pilihan yang disediakan untuk menikmati hiburan macam ini cukup sedikit. Di Jogja dan Solo, taman ria bisa ditemukan saat event "sekaten". Di semarang, namanya "dug der an". Sampai kini ternyata mereka masih bisa ditemui. Dengan cara yang tidak mudah tentunya. Foto di atas saya ambil di manado, pagi ini. Mereka menggelar lapak mereka keliling nusantara. Sepertinya cara mereka adalah dengan menggelar arena permainan secara maraton. Dari satu tempat bergeser ke tempat tempat lain. Seingat saya, mereka juga ada saat digelarnya event Tomohon International Flower Festival di Tomohon. Lalu mereka bergeser ke kota Manado, mungkin beberapa minggu lagi mereka berpindah ke amurang, kotamubagu, toli-toli, palu, terus turun ke kota-kota di bagian selatan sulawesi, sampai ke Makasar, kemudian baru kembali ke Jawa. Perjuangan untuk mencari nafkah yang begitu besar. Mungkin efek pembangunan yang tidak merata di negeri ini seolah menjadi sisi positif bagi mereka. Peluang bisnis masih terbuka.

Saingan mereka saat ini tidak hanya Dufan dan Trans Studio. Banyak juga arena permainan anak-anak yang sudah merambah di dalam mal, macam Fun World dan sebagainya. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat, orang Indonesia bahkan bisa pergi ke negara tetangga untuk mencari Universal Studios, Disneyland, Hello Kitty Land maupun Lego Land. Taman ria rakyat tidak akan bisa menang, tetapi mereka bisa bertahan.

Terakhir kali saya pergi ke taman ria seperti ini sekitar tahun 2005, saat masih SMA. Kini tidak pernah lagi. Suatu saat nanti, mungkin saya akan mengajak anak saya ke tempat ini untuk sekedar menunjukkan bahwa tempat bermain semacam ini pernah ada. Mumpung masih ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun