Taman Mini Indonesia Indah, tempat wisata yang satu ini cukup menarik untuk menjadi tujuan healing sekeluarga tanpa harus keluar kota Jakarta.Â
Setelah cukup lama stagnan dan kondisinya gitu-gitu-aja, akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengambil alih pengelolaan aset milik negara tersebut yang pada awalnya berada di tangan Yayasan Harapan Kita (yes, ini adalah yayasan milik mantan presiden Soeharto), kemudian diambil alih oleh Sekretariat Negara dan saat ini diserahkan untuk dikelola oleh BUMN PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (PT TWC Persero). Dari namanya saja sudah terlihat bahwa BUMN ini juga mengelola kawasan wisata tiga candi andalan di Jawa Tengah yang you-know-lah yang mana aja.
Keinginan saya melihat The New TMII justru timbul karena berita di akhir lebaran kemarin, dimana wisatawan yang mengunjungi TMII justru ngomel-ngomel karena kendaraan sudah tidak diperbolehkan masuk dan hanya diperbolehkan parkir di dekat gerbang utama. Untuk berkeliling kawasan TMII hanya bisa menggunakan shuttle (kendaraan elektrik) atau sepeda. Pengunjung yang membludak, tidak mengetahui konsep baru tersebut sehingga terlihat antrian sangat panjang untuk menunggu shuttle dan pada akhirnya dikeluhkan di sosial media.
Tidak hanya soal konsep baru, tiket juga kini bisa dengan mudah dibeli secara online di halaman www.tamanmini.com dengan metode pembayaran bisa melalui banyak channel seperti emoney (gopay, ovo) atau melalui kartu kredit dan kartu debit. Untuk pembelian online ini sepertinya PT TWC selaku pengelola, bekerjasama dengan Goersapp, perusahaan penyedia jasa penjualan tiket online untuk event yang sudah sering digunakan untuk pembelian tiket konser musik.
Suara-suara netijen pengunjung TMII itu justru menarik karena tempat wisata tanpa kendaraan bermotor merupakan surga bagi orang-orang yang sudah sumpek menghirup asap polusi dan mendengar suara klakson lima hari seminggu. Karena TMII hanya berjarak sekitar 20Km dari rumah dan masih nyaman untuk ditempuh dengan bersepeda, akhirnya saya membeli tiket secara online untuk hari Sabtu pagi. Karena saya masuk menggunakan sepeda maka selain membeli tiket orang (Rp.25.000), maka saya juga membeli satu tiket sepeda seharga Rp.25.000. Pintu yang saat ini digunakan untuk masuk juga berbeda. Jika dulu sebelum revitalisasi, biasanya pengunjung masuk dari Pintu 1 dekat Masjid At Tin, kini pintu tersebut hanya difungsikan untuk bus wisata. Untuk pengunjung yang membawa motor, mobil atau sepeda maka masuk melalui pintu nomor 3.
Semuanya lancar saat memasuki gerbang Pintu 3. Barcode yang ada di ticket akan discan oleh petugas dan kita bisa langsung bebas berkeliling dengan sepeda. Suasana inilah yang memang saya cari. Tempat yang rindang banyak pohon, tanpa kendaraan, memiliki jalur sepeda, plus bonus bisa melihat anjungan rumah adat khas daerah dan beberapa museum serta bangunan-bangunan yang tentu instagrammable. Secara keseluruhan, The New TMII ini memang benar-benar luar biasa bagus dan layak untuk dijadikan tempat tujuan wisata keluarga atau sekedar berolahraga seperti lari, jogging, main sepatu roda atau skateboard. Bagi pengunjung yang tidak membawa sepeda dari rumah, bisa menggunakan sepatu roda, skateboard atau mungkin scooter elektrik untuk berkeliling.
The New TMII akan sangat nyaman bagi pengunjung dan wisatawan yang siap dengan konsep baru tersebut. Tidak perlu kuatir karena di beberapa tempat terlihat penyewaan sepeda yang sepedanya sangat bagus dan terlihat baru. Saya pernah berwisata keliling candi-candi Budha menggunakan sepeda sewaan di Ayutthaya Thailand dan sepeda yang disewakan disana benar-benar bobrok dan tidak layak. Sangat jauh berbeda dengan sepeda yang disewakan di TMII.
Sudah ada jalur sepeda di sepanjang jalan dalam lingkungan TMII tetapi sayang sekali untuk jalur sepeda di bagian pedestrian (bukan jalan aspal) sangat sangat licin. Jangan bersepeda pada bagian yang di cat apalagi jika cuaca hujan atau ada genangan karena saya sempat terjatuh saat menggunakan jalur sepeda tersebut. Untung saja karena masih pagi, sepertinya tidak ada yang lihat karena malu juga kalau sampai ada yg ngevideo dan dishare di tiktok.
Saat berkeliling, sudah terbayang kalau konsep The New TMII ini mungkin tidak akan cocok untuk beberapa tipikal wisatawan lokal kita karena memang memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya nyaman healing di The New TMII.