Mohon tunggu...
Kostan D. F. Mataubenu
Kostan D. F. Mataubenu Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi Gado-gado

Suka olahraga sepak bola Memvaforitkan LIVERPOOL. . . Sesekali melirik politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Kisah Natal Masa Kecil di Dusun Kecilku

24 Desember 2021   22:49 Diperbarui: 24 Desember 2021   23:01 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertama-tama, Saya ucapkan selamat merayakan Natal bagi saudara/i yang merayakan. 

Setiap pribadi dan kelompok pasti memiliki tradisi dan kebiasaan tersendiri dalam merayakan Natal setiap tahun. Ada kenangan-kenangan yang mungkin masih tersimpan dalam memori oleh karena kesan-kesan indah di momen Natal. Hal ini karena Natal bukan hanya sekedar perayaan religi, tetapi juga menjadi ajang keluarga berkumpul dan berbagi kasih. 

Jauh di dusunku yang kecil, pertama kalinya dalam hidupku di masa kecil ketika memori sudah bisa menyimpan data, Natal adalah salah satu momen indah yang layak untuk dikenang sebagai warna perjalanan hidup. Dusun yang sepi dari riuhnya kendaraan bermotor dan petasan serta ketiadaan listrik, di sanalah saya merayakan Natal pertama kali bersama alm. Ayah dan almh. Ibu serta saudara/i. 

Kala itu, Natal adalah salah satu momen paling ramai dengan suasana yang begitu indah. Entah mengapa, tetapi rasanya momen Natal selalu dirindukan. Ada beberapa hal yang begitu berkesan yang mungkin tidak bisa diulang lagi di zaman ini. 

Lilin Natal

Di dusun saya yang jauh dari keramaian kota, lilin adalah barang langka. Oleh karena itu, lilin yang dibakar di pohon Natal sangat menarik bagi anak kecil di zaman itu (kurang lebih tahun 1992 dan setelahnya). Jadi tidak heran kalau sehabis acara Natal, lilin-lilin yang tidak habis terbakar akan diperebutkan oleh anak-anak kecil termasuk saya di zaman itu. Dapat 1 batang saja, senangnya luar biasa. Lalu buat apa lilin itu? Ya ... untuk dibakar lagi pada waktu malam berikutnya. Karena saat itu, belum ada listrik yang masuk di dusun. 

Tapi jika lilin Natal tidak didapatkan dari Kota (Kota Kupang), maka jemaat akan membuatnya sendiri dari sarang lebah yang masih muda, dililitkan pada sehelai benang kemudian dijadikan sebagai lilin Natal. Cukup dipasang di pohon Natal saja karena jumlah yang terbatas. 

Kembang Api

Kalau lilin saja menjadi barang langka, apalagi kembang api. Kembang api menjadi sesuatu yang begitu menarik bagi anak-anak pada perayaan Natal. Percikan kembang api saat dibakar menjadi perhatian bagi anak-anak karena menjadi sebuah tontonan yang sangat menyenangkan. Sama seperti lilin, sisa-sisa kembang api juga diperebutkan anak-anak dusun sehabis Natal. Betapa beruntungnya dia yang berhasil mendapatkan sisa kembang api. 

Drama Natal

Salah satu hal menarik adalah drama Natal. Maklum di dusun belum ada TV yang menjadi sumber hiburan. Jika ada drama Natal di Gereja, maka momen itu sangat dinanti-nantikan. Bahkan alur drama akan menjadi semacam trending topik di kalangan anak-anak satu bulan setelah drama tersebut dilakonkan. Saya saja masih mengingat kisah drama 20an tahun yang lalu beserta para pemerannya. Keren kan. .. . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun