Mohon tunggu...
Rahmad Budiyanto
Rahmad Budiyanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Selalu ingin menjadi manfaat untuk orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jebolnya Filter Media Informasi di Indonesia

29 September 2015   09:04 Diperbarui: 29 September 2015   09:21 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Gambar: Berdikarionline.com

Kebebasan pers yang dianut oleh negara demokrasi seperti Indonesia ternyata tidak serta merta membawa dampak baik untuk perkembangan bangsa Indonesia. Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi dan kebebasan bersuara merupakan sumber dari derasnya informasi yang diterima masyarakat. Baik informasi yang bersifat positif maupun negatif. Karena derasnya arus informasi tersebut, membuat filter media informasi seolah-olah jebol.

Setiap orang bebas berpendapat, setiap orang bebas bersuara dan setiap orang bebas membagikan pendapatnya melalui media2 informasi di internet seperti via Facebook, Twitter, Line, Googleplus dll. Mudahnya masyarakat untuk mengakses informasi-informasi yang dibagikan tersebut, tentunya akan membawa dampak bagi masyarakat yang menerimanya, baik dampak positif ataupun negatif.

Jebolnya filter media informasi berawal sejak internet mulai dipakai sebagai bagian dari kehidupan manusia. Semua informasi bisa dengan mudah lalu lalang dalam kehidupan seseorang hanya dengan internet. Banyak dari mereka menyalahgunakan internet untuk menegeluarkan pendapat ataupun menyebarkan informasi dengan tidak bertanggung jawab. Yang akhirnya membuat masyarakat menerima informasi tanpa ada filter, entah itu layak dikonsumsi atau tidak.

Tentunya fenomena ini sangat memprihatinkan. Informasi yang keliru dapat mempengaruhi persepsi seseorang, yang awalnya baik-baik saja, menjadi terprovokasi dengan masuknya informasi yang keliru. Parahnya lagi, hal tersebut dimanfaatkan oleh kelompok tertentu dan demi tujuan tertentu pula. Etika-etika dalam jurnalisme dilanggar hanya demi kepentingan kelompok tertentu, dami mengejar popularitas, demi mendapatkan hit, jempol, atau share yang banyak.

Ketidaksesuain antara judul dan isi adalah satu contoh informasi yang tidak bertanggung jawab. Untuk menggiring pembaca membuka artikel yang ditulisnya, biasanya penulis mengambil judul yang provokatif untuk menarik pembaca. Selain itu, narasumber yang memberikan statemen provokatif juga merupakan bahan berita yang sangat laku bagi masyarakat. Padahal pernyataan tersebut merupakan pernyataan sebagai opini pribadi yang sangat lemah analisanya. Begitulah cermin media informasi kita sekarang. Tanpa filter, etika digadaikan dan popularitas adalah nomor satu.

Satu kata untuk media informasi di Indonesia : "MEMPRIHATINKAN"

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun