Mohon tunggu...
Kornelius Ginting
Kornelius Ginting Mohon Tunggu... Administrasi - Lelaki Biasa

-”Scripta manet verba volant”. https://www.korneliusginting.web.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tetap Memilih Untuk Indonesia yang Lebih Baik

9 Juli 2014   21:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:50 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yup, Jakarta, 9 Juli 2014 adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Hari ini bangsa Indonesia menentukan nasibnya, mau dipimpin siapa untuk 5 tahun ke depan.  2 Pasang Capres dan Wapres yang tersisa. Konon kabarnya, persaingan untuk mendapatkan predikat RI 1 sudah memanas semenjak beberapa hari yang lalu. Hingga diberikan minggu tenang untuk menyejukkan dan mencairkan suasana. Setiap kandidat sudah puas untuk memberikan dan menjelaskan visi dan misinya, setiap kandidat sudah diberikan waktu yang cukup untuk mengumbar janji-janji manis, entah bagaimana nanti realisasinya. Bahkan segala daya dan upaya dari masing-masing pendukung sudah dikerahkan, baik dari kampanye positif hingga kampanye negative. Bahkan, salah satu teman kantor, dikarenakan begitu ngototnya dalam memberikan dukungan kepada Capres pilihannya, ia berani bertaruh akan memberikan tempat tinggalnya jika pilihannya kalah, 'gila bukan". Padahal belum tentu Capres yang didukungnya mengetahui itu. Bahkan di lain pihak, ada lagi teman kantor yang begitu ngototnya dalam memberikan dukungan terhadap salah satu Capres ia rela mengumpulkan dan memberikan print out tentang kejelekan lawan Capresnya. Nah lo. Warna demokrasi di Negara kita masih belum sempurna benar, hal ini masih terlihatnya beberapa pendukung yang militan dan masih menghalalkan segala cara demi memenangkan Capres yang didukungnya. Sedih juga melihat itu, yah tapi bagaimana mau dikata, pesta demokrasi yang sejatinya kita rayakan selama 5 tahun sekali sudah menjadi sebuah tradisi. Semoga 5 tahun kedepan kita dipimpin oleh seorang yang berpihak kepada rakyat. entah siapapun itu nantinya. Lanjut.. Mengenai Pemilu tahun ini, beruntungnya Pemilu tahun sekarang bertepatan dengan bulan suci Ramadahan setidaknya mengurangi hawa-hawa negative dalam berkampanye, beruntungnya lagi malam tadi berlangsung laga semi final piala dunia antara Brasil dan Jerman yang dimenangkan telak oleh Jerman 7-1. Sekali lagi kemenangan ini dikait-kaitkan dengan salah satu partai. Tiga hal yang berjalan bersamaan (Pemilu, Bulan Puasa dan Liga Piala Dunia) membuat konsentrasi terhadap pemilu sedikit kurang gregetnya. Meskipun bisa dipastikan antusias untuk memilih tetap ada, dilihat jumlah orang yang mendatangi TPS tidak seramai ketika Pemilu Legislatif.  pada saat pemilu legislatif hampir sebagian besar masyarakat mengawasi jalannya pemilihan dari awal hingga akhir, sehingga timbul kerumunan massa. Nah, kali ini sedikit berbeda, mungkin karena harus membagi energy yang tersisa, terlihat kumpulan massa di masing-masing TPS tidak signifikan. Sekedar datang, mencoblos dan pulang. Bahkan menyaksikan perhitungan cepat pun hanya dari layar televisi. Kecewa dengan Panitia Pemilu. Sementara saya pribadi sendiripun ikut melakukan pencoblosan di daerah Jakarta Utara, untuk nomor TPSnya saya sendiri lupa mencatatnya. Ada insiden kecil yang terjadi dan sedikit membuat saya jengkel diawal. Mengapa? Begini ceritanya, KTP saya yang terdaftar di E KTP berada diwilayah Jakarta Utara. Dan sebelum pemilihan Presiden kali ini, Pemilihan Legislatif beberapa bulan lalu juga sudah bermasalah. Saya dan istri tinggal dialamat yang sama, tetapi hanya saya yang tercatat sebagai undangan untuk melakukan pencobolosan, sementara istri yang notabene satu alamat tidak mendapat undangan. Lucu bukan, bedanya pada saat pemilihan Legislatif, kami masih diijinkan untuk melakukan pencoblosan di pagi hari, pada saat itu sebenarnya kami sudah memperingatkan bahwa seharusnya kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali, mengingat akan memasuki pemilihan presiden 2014. Siapa nyana, kejadian beberapa bulan lalu terulang kembali. Kembali hanya nama saya saja yang tertera di daftar pemilih dan undangan. Sementara Istri kembali tidak ada. Hanya saja, bu RT sudah mengantisipasi sedari awal, "datang saja, lalu bawa fotokopi KTP, ngga papa kok"  kurang lebih seperti itu penjelasannya. Ketika kami datang kurang lebih sekitaran pukul 7.45 WIB dipagi hari, saksi di TPS melarang istri saya untuk memilih dikarenakan hanya menyertakan Fotokopi. Kami pun bersikukuh bahwasannya kami tinggal serumah dan alamat KTP pun sama, lalu mengapa kami bisa terpisah. Saksi bersikeras bahwasannya jika hanya menyerahkan lampiran KTP hanya dilayani setelah jam 12 siang. Setahu saya pencoblosan selepas jam 12 siang itu diberikan kepada setiap orang yang tidak berdomisili disuatu wilayah tertentu dan dengan menunjukkan KTPnya saja maka seseorang tadi berhak melakukan pemilihan, sederhananya diatas jam 12 itu untuk para pendatang. Geram, Gemas karena ibu Sri Rahayu selalu Ketua RT setempat yang menyadari sebenarnya kesalahan ini berasal dari KPU atau pendataan yang tidak jelas, tetapi tidak mampu meyakinkan kepada saksi bahwa istri saya adalah salah satu warganya. Saksi pun tidak mau melihat dan mendengar alasan dari kami, meskipun KTP kami sudah E-KTP bahkan Kartu Keluarga juga kami sudah bawa untuk membuktikan kami warga yang sah. Yang ada istri saya tetap diharuskan kembali pada pukul 12 siang, kalau tidak ya sudah tidak usah mencoblos sekalian. Sebenarnya lucu saya melihat saksi yang terkesan kaku, terlihat mempersulit. Lalu apa gunanya E-KTP yang sudah di terbitkan Kemendagri, apakah Validitasnya diragukan. Saya juga sebenarnya meragukan vaiditas petugas yang melakukan pengumpulan data, mengapa istri saya tidak mendapatkan undangan. Petugas dilapangan mengumpulkan data berdasarkan apa sebenarnya? E-KTP kah atau kartu Keluarga? Sementara itu ibu Sri Rahayu selaku ketua RT setempat, seharusnya mampu memberikan keterangan yang valid kepada petugas pengumpulan data sehingga tidak terjadi salah satu warganya tidak termasuk didalam undangan. Tapi ya sudah, semoga ini menjadi bahan pelajaran bagi semua pihak, Pun demikian dengan saya, setidaknya melatih kesabaran menunggu hingga jam 12 siang. Mengorbankan pekerjaan yang seharusnya dapat dilakukan pagi hari tetapi ditunda hingga siang hari. Dan bahan pelajaran juga bagi RT setempat untuk dapat mengetahui setiap warganya secara detail. Pun para saksi, tidak hanya menolak tanpa mendengar penjelasan dari warga, gunakan logika berfikir sederhana, masakah iya, satu keluarga kok yang satu dapat undangan sementara yang lainnya tidak, pasti ada kesalahan didalamnya. Memang tidak bisa dipungkiri juga akan adanya kecurangan-kecurangan dari tangan-tangan nakal dan jahil. Tetapi dengan menuduh semua orang akan berlaku jahil juga tidak membuat kita menjadi bijak. Sekali lagi Semoga pemilu kali ini dapat berjalan lancar dan dapat menemukan sosok pemimpin yang mampu membawa bangsa keluar dari Zona nyamannya. Ya, Zona nyamannya, Nyaman berkorupsi, Nyaman berkolusi dan nyaman untuk membodohi - bodohi orang. Semoga pemimpin baru nanti mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik. Salam Perubahan Ilustrasi : indonesiasatu.kompas.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun