Tapi orang Indonesia, jabatan identik dengan ego dan martabat. Sehingga ketika jabatan itu diambil dia akan merasa ada yang tercerabut dari hidupnya.
Ya, sayapun merasa hal ini ketika tidak menjadi ketua OSIS. Biasanya banyak “anak buah”, sibuk memimpin rapat, dan “banyak pengagum rahasia”. Ketika sudah menjadi siswa biasa, walah mak. Nda ada lagi “anak buah”, nda ada lagi yang diceramahi, nda ada lagi yang dipimpin.
Untungnya saya membaca artikel tentang Lech Walesa. Jabatan itu tidak ada hubungannya dengan martabat dan ego, jabatan itu sementara. Akhirnya cepat pulih dan menikmati menjadi siswa biasa lagi.
--
Hey, bagaimana dengan Tuhan Yesus, ketika Dia menjadi manusia. Ketika Dia tidak berdaya di palungan. Ketika Dia harus membantu orang tuanya sebagai tukang kayu. Ketika Dia harus menjalani hidupnya sebagai manusia. Ketika Dia ditangkap dan dirantai seprti seorang penjahat. Ketika Dia disidang seakan Dia sehina pencuri ayam. Dan akhirnya ketika Dia disalib yang artinya Dia menjadi manusia terkutuk.
Apakah tidak mungkin Dia sebenarnya dapat memilih sebuah hotel yang nyaman dan mewah untuk orang tuaNya? Apakah tidak mungkin jika Dia melilih orang tua yang berkecukupan? Apakah tidak mungkin ketika orang menangkap dengan pasukan, Dia pun dapat mendatangkan pasukan sorgaNya? Apakah tidak mungkin, jika misalnya ketika Dia dipaku dikayu salib, kulitNya kebal tidak bisa dipaku? Apakah mungkin jika misalnya Dia memilih skenario yang lebih elegan menurut pandangan manusia?
Tuhan Yesus sekali lagi dapat memilih skenario yang lebih baik. Tapi Dia lebih memilih skenario yang telah dibuat oleh Allah Bapa untukNya. Dan sekali lagi Dia menjalaninya dengan sepenuh hati. Setiap detil dalam kehidupannya. Walaupun pernah Dia menego untuk lebih baik, Dia memilih skenario Allah Bapa.
Tidak ada istilah Postpowersyndrome dalam hidupNya. Tuhan Yesus memilih menjalani dengan speenuh hati dari bagian hidupNya.
--
Yang penting dalam menjalani kehidupan ini ialah menikamatinya. Lech Walesa dari Presiden kembali menjadi buruh galangan Kapal. Tuhan Yesus, tahu sendirilah posisiNya, lalu rela menjadi manusia hina bahkan harus menjadi manusia terkutuk di salib.
Tahukah anda kesamaan keduanya. Ialah tidak memandang jabatan itu sebagai suatu yang luar biasa. Jabatan itu sementara. Yang terpenting dalam apapun ialah menjalaninya dengan spenuh hati.