"Tertawa dan menangis adalah dua hal yang selalu dekat dengan para remaja yang sedang berpacaran. Â Cinta yang bersambut atau mendapat tempat berlabuh memang bisa membuat seorang remaja tertawa riang karena bahagia. Â Namun, cinta juga bisa membuat para remaja menangis karena cintanya ditolak."Â Â
"Keajaiban cinta memang mampu mengubah tangis menjadi tawa. Â Tetapi, cinta juga mampu mengubah tawa menjadi tangis -- tergantung dari perasaan hati yang dimilikinya."
Itu sepenggal pernyataan Drs. E. B. Surbakti, M.A., dalam bukunya berjudul Kenalilah Anak Remaja Anda. Â Anda dapat menemukan pernyataan tersebut di halaman 105. Â
Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh para orang tua. Â Terutama orang tua yang masih mempunyai anak remaja atau akan beranjak ke remaja.Â
Namun, artikel kali ini tidak membahas tentang buku ini. Â Saya mengutip pernyataan di atas sebagai pengantar yang mengkonfirmasi bahwa saya sungguh pernah mengalami hal demikian selama pacaran. Â Â
Saya sendiri pernah pacaran beberapa kali sebelum akhirnya menikah dengan mantan pacar saya yang terakhir saat ini. Â Betul banget apa yang diutarakan oleh Drs. Surbakti bahwa antara tertawa dan menangis merupakan bumbu dalam berpacaran.Â
Saya sendiri mengibaratkan tertawa dan menangis seperti koin 100 rupiah yang punya dua sisi. Di satu sisi dalam berpacaran, ada sejumlah pengalaman manis yang membuat kita tertawa. Â Di sisi yang lain, dalam berpacaran ada sejumlah pengalaman pahit yang berujung tangisan. Â
Bermula ketika ada perasaan tertarik atau suka terhadap lawan jenis, alias jatuh cinta pada pandangan pertama.Â
Melangkahkan kaki, mengungkapkan perasaan cinta bahwa saya suka denganmu. Â Saya mencintaimu adalah sebuah gejolak perasaan yang sangat sulit dan berat bahkan gagap saat diungkapkan. Â
Tidak heran, ketika seseorang berhasil menyatakan sangat legah. Â Seperti ada sesuatu yang terlepas.Â
Perasaan legah berubah menjadi bahagia bahkan wajah sumringah nan berbunga-bunga ketika ungkapan cintanya diterima. Â "Saya juga suka (cinta) sama kamu." Aduh.. itu seperti saya mendapatkan satu hadiah yang sangat istimewah dan belum pernah mendapatkannya selama ini.
Saya teringat ketika pertama kali jatuh cinta, berani mengungkapkan dan langsung diterima, sangat senang. Â Selama saya berpacaran, cintanya belum pernah ditolak. Â Diputusin iya. Â Nangis, udah pasti bahkan sulit move on untuk beberapa waktu saat itu. Â
Namun, saya bisa menerima setelah hati saya dipulihkan oleh Tuhan. Â Jadi, saya bisa memulai sebuah hubungan dengan benar. Â Â