Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebaikan Hati Dua Mahasiswi Skripsi STT Berea, Salatiga

12 Mei 2024   19:40 Diperbarui: 12 Mei 2024   19:56 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memindah BBM dari motor sewa ke motor pribadi. sumber gambar: (dokpri/obin)

Sabtu sore, sekitar pukul 15.00 WIB, tepatnya tangggal 11 Mei 2024 menyimpan kenangan tersendiri bagi saya. Dalam konteks perguruan tinggi, itu kisah pertama yang saya pernah alami.  Kisah ini terjadi di lokasi kampus STT Berea, Salatiga, samping rumah kediaman kami.  

Bermula dari saya dengan keluarga duduk di samping rumah.  Yang juga merupakan ada jalan akses masuk ke kampus. Sembari menikmati udara sore hari, saya mengupas satu pepaya yang saya telah petik beberapa jam sebelumnya. 

Saya mengajak beberapa mahasiswa untuk makan pepaya.  Ditemani sambal yang dibuat istri menambah keseruan kami sore itu. Kami sambil bercerita seputar tugas-tugas, pelayanan dan juga panggilan menjadi hamba Tuhan.  

Tiba-tiba kedua mahasiswa masuk dengan berkendaraan motor bebek lewat di depan kami.  Mereka adalah Firmana dan Ruth, Mahasiswa Skripsi di STT Berea.  Mereka menyapa kami dengan hangat, "permisi, selamat sore pak," sembari senyum dan menyapa kedua anak kami juga, "adek ...."  Lalu mereka parkirkan motor di samping Gedung asrama Putra.

Tujuan utama mereka adalah bertemu dengan Ibu Sinta, Puket II Keuangan.  Ketika mereka parkir, kedua anak kami menyamparin mereka.  Kemudian, mereka memberikan satu bungkus biskuit Roma Sari Gandum kepada Shema, putra kedua kami.  Shema pun berespon, "kasi," dengan kosa kata yang masih terbatas dan polosnya Shema menjawab kepada mereka.  Artinya, terima kasih!  

Selesai bertemu dengan Ibu Sinta, saya mengajak mereka untuk makan pepaya.  Awalnya mereka nolak, tetapi kemudian mencoba satu, satu dan satu lagi.  Hingga parkirkan motor lagi di depan, kemudian duduk bersama menikmati pepaya dan sambalnya.  

Cerita berlanjut ketika mereka hendak pulang.  Ternyata motor bebek yang mereka pakai tadi adalah motor sewa.  Mereka menyewa dalam sehari dengan harga Rp. 70.000,-.  Karena mereka sewa satu hari, jadi mereka telah isi penuh BBM.  

Awalnya ketika mereka pinjam, posisi tangki motor bisa dibilang kosong, atau sangat sedikit.  Aturannya, ketika kembalikan harus dengan isi tangki seperti waktu mereka sewa.  Jadi, sebelum mereka pulang, mereka periksa, ternyata posisi tangki BBM masih penuh.

Kemudian mereka menawarkan kepada beberapa mahasiswa, untuk memindahkan BBM itu, tapi tidak bisa.  Akhirnya, mereka menawarkan kepada saya.  Tanpa pikir lama, saya mengiyakan.  Tadinya saya memang berencana untuk pergi ke POM Bensin untuk mengisi BBM, tetapi belum sempat.  Benar kata orang, "Rezeki anak soleh itu tidak kemana-mana."  Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi ini.  

Salah satu mahasiswa STT Berea, bernama Richi Bunga kemudian mencari selang untuk memindahkan BBM yang ada di motor sewa itu.  Sembari mencari selang, secara spontan Richi mengatakan dengan logat Timor, "berbagi deng tukang sewa motor, kenapa?"  "Kalau katong bisa memberkati teman sendiri di sini, apalagi katong pung dosen, kenapa harus di luar." Sontak Firmana.  "Betul, betul, betul ..." Demikianlan disambut oleh beberapa mahasiswa lain yang hadir saat itu.

Richi akhirnya mendapatkan selang, dan mulai memindahkan BBM dari tangki motor sewa ke motor saya.  Richi meniup beberapa kali, tapi tidak bisa.   Saya pun mencoba tidak bisa.  Firmana juga mencoba, hasilnya sama, tidak bisa.  Namun, tanpa menyerah, Richi mencoba lagi dan puji Tuhan berhasil.  Dalam hitungan beberapa detik saja, isi tangki motor saya penuh.  Sementara isi BBM di tangki motor sewa pun masih cukup banyak.

Percakapan dan respon spontan ini sangat berkesan buat saya.  Saya yakin, kasih dan kebaikan hati mereka dalam bentuk sederhana, yakni BBM yang dipindahkan ke motor saya sangat berarti.  Paling tidak, saya tidak perlu isi BBM lagi dalam satu minggu.  Biaya BBM yang telah kami alokasikan, bisa untuk kebutuhan yang lain.  

Jadi, sepenggal kisah ini memberikan beberapa refleksi bagi saya.  Pertama, segala sesuatu tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semua peristiwa dalam kontrol Allah.   Termasuk hal sekecil apapun, pasti bernilai kekal, yaitu kasih dan kebaikan hati.   

Kedua, Allah dapat menggunakan berbagai macam orang untuk menolong (memberkati) kita.  Pertolongan Allah pun tepat pada waktu-Nya.  Jadi, jangan berkecil hati ketika sesuatu tertunda, karena dalam ketertundaan itu, justru pertolongan Allah nyata.  

Ketiga, kedua mahasiswa STT Berea, yakni Firmana dan Ruth, termasuk Richi Bunga telah mencatat satu sejarah unik dalam hidup saya dan keluarga.  Terima kasih ya Firmana, Ruth dan Richi.  Doa terbaik buat pendidikan teologi kalian.  

Khusus untuk Firmana dan Ruth, semoga skripsinya cepat kelar dan wisuda tahun ini.  Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun