Mohon tunggu...
Korban Ateis
Korban Ateis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Berhubungan dengan Ateis : Farha Rausyani Fikria

30 Juni 2015   04:42 Diperbarui: 30 Juni 2015   04:50 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah ini saya jamin keasliannya dan jelas bukan cerita yang dibuat-buat. Ini cerita antara hubungan saya dengan Farha Rausyani Fikria atau lebih dikenal dengan nama Pipik yakni  seorang mahasiswa akuntansi yang merupakan seorang ateis yang menggunakan statusnya sebagai  ateis untuk menguntungkan dirinya sendiri tak peduli dengan kerugian yang dialami orang lain. Dan saya sangat-sangat menyesali waktu satu tahun lebih yang saya sia-siakan bersama dia.

Saya dijebak dalam kebohongan yang sangat sistematis. Pipik yang merupakan anak seorang dosen filsafat agama menggunakan status keateisannya sebagai alat untuk menarik rasa kasihani dan perhatian saya agar kebohongan yang dia buat berjalan dengan lancar. Ketika itu baru dua minggu hubungan kami dimulai, dia mengutarakan semua rahasia keateisannya di sebuah café kopi yang bernama Ngopdul. Dia menangis guna membuat saya iba. Dia bilang hal ini adalah hal yang Ia pendam lama dan dengan premis pendukung guna memperkuat hal itu iya pun bilang sudah berkonsultasi dengan temannya agar hubungannya dengan saya tetap baik-baik saja.

Beberapa bulan hubungan kami berjalan, masalalah kepercayaan mulai muncul. Ia saya dapati sedang berusaha mendekati pria lain, walaupun bukti-bukti sudah saya perlihatkan dia tetap tidak mengaku. Berlanjut diawal tahun 2014 dimana saat itu hubungan kami sudah berusia satu tahun, kecurigaan saya semakin menjadi-jadi. Dan benar saja dia memang sudah mulai tidak bias dipercaya. Ia sudah mulai berbohong dari hal-hal kecil. Saya yang tidak begitu aware dengan apa yang dia lakukan di media sosial dijadikan celah oleh Pipik guna mendekati pria lain. Pria itu adalah orang yang tidak saya duga, teman sau organisasi saya sendiri. Dia mengarahkan saya untuk tetap sibuk guna mengalihkan perhatian saya terhadap apa yang dia lakukan yaitu memulai tebar pesona dengan pria lain. Mulai dari mengirim komentar di tiap media sosial pria lain yang dia dekati,  meski sebenarnya hal ini masih wajar. Namun dengan hal-hal yang sangat pribadi dan tingkatan interaksi mereka yang intens mebuat saya semakin curiga. Dan benar saja ketika hal ini terus menerus saya buktikan langsung dihadapan dia, dia memutuskan hubungan dengan saya. Seperti seorang yang tertangkap basah, melarikan diri atau membunuh orang yang mempunyai bukti adalah cara agar terhindar dari semua tuduhan.

                Tepat satu tahun setelah dia memutuskan hubungan dengan saya, saya berinisiatif untuk membuka facebook milik Pipik. Dengan mengandalkan command prompt dan bantuan dari teman kosan yang merupakan mahasiswa IT saya berhasil membuka facebook Pipik. Facebook ini sebelumnya sudah dia hide semua aktivitasnya agar dia bias menyembunyikan identitasnya sebagai anggota dari grup rahasia Indonesia Atheist. Facebook yang berhasil saya buka semua record activity nya dalam dua setengah tahun terakhir. Dan dia benar saja saya benar-benar telah dimanfaatkan dan dibuang. Saya mendapati semua interaksi dia dengan pria lain dan bukan hanya dengan pria yang saya curigai sebelumnya. Sebuah hal yang sangat dia tutupi untuk memanfaatkan saya.

                Dia bilang saya adalah lelaki pertama yang menjalani hubungan dengannya. Saya bangga sebelumnya, namun ternyata saya hanya dijadikan alat agar dia terlihat “laku” dimata pria lain. Dan ketika sudah memiliki peluang untuk mendekati pria lain saya dibuang. Dan untungnya saya berhasil mengendusnya sebelum saya dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama. Saya pernah menanyakan mengapa dia melakukan ini semua kepada saya, namun Pipik menggunakan statusnya sebagai seorang feminis dan ateis untuk melakukan semua hal itu. Dia merasa tidak berdosa karena dia tidak percaya akan adanya dosa, dia selalu bilang dia bebas melakukan apapun untuk membuat dirinya bahagia. Saya menjadi korban pertamanya, actingnya agar membuat saya iba dan tidak mencurigai setiap langkahnya sangat-sangat berhasil mempengaruhi saya dalam menjalani hubungan dengan dia.

                Ini pengalaman saya dengan ateis bernama Farha Rausyani Fikria ( Pipik ), saya tidak mengeneralisir bahwa semua ateis akan melakukan semua hal yang dia lakukan. Tapi saya hanya berharap agar kaum ateis tetap menjadi manusia yang jujur. Ateis adalah manusia tanpa berketuhanan tapi yang saya tahu semua manusia dimuka bumi ini tidak boleh saling menyakiti manusia lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun