Mohon tunggu...
Nurul Priyanto
Nurul Priyanto Mohon Tunggu... -

Penulis bernama Nurul Priyanto, kadang di panggil Kupret. Penulis suka mengibaratkan dirinya sebagai kopi pagi. Penulis seorang lulusan S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya, sekarang sedang sibuk menciptakan peradaban yang sosialis religius di desanya. Tapi itu hanya akting belaka.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Isi Kepala

10 Desember 2018   02:18 Diperbarui: 10 Desember 2018   02:42 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

"mari pak Aku" sapaan dari tetangga yang bergegas ke pengajian rutin. "Monggo duluan" jawabku. Aku santai saja sembari menikmati kaki-kaki yang menapaki jalanan menuju lokasi pengajian rutin. Pengajian ini sederhana, rutin setiap seminggu sekali di malam Jum'at. Sekitar 50an orang berkumpul sambil mendengarkan ceramah dari tokoh agama di kompleks tempatku tinggal. Dari 50 yang duduk, ada yang fokus mendengarkan, ada yang fokus merokok sambil nyemil, ada yang fokus ngerokok, nyemil dan berbicara dengan teman di samping kanan kirinya, ada juga yang sangat konsentrasi terbuai kantuk, ada juga yang geleng-geleng seolah tidak sepakat dengan apa yang diucapkan penceramah, ada juga yang sibuk dengan smartphone. Aku, dalam posisi menyerap kalimat-kalimat yang paling terdengar ditelingaku.

"Takutlah saat akan berbuat tidak baik, karena senantiasa Allah SWT maha mengetahui" suaranya tidak keras, tapi pas masuk di telingaku. seketika itu Bos Besar langsung muncul di kepalaku. Terbayang apa Bos Besar sedang lupa dengan Allah SWT saat bekerja. Toh, beliau juga seorang muslim. .

***

Rumusan yang mengisi imajinasiku adalah, jika Bos Besar muslim harusnya dia takut saat melakukan pemasaran seperti itu, tapi jika pasar menunjukan bahwa konsumen akan tertarik membeli suatu barang apabila pemasarannya seperti yang dikerjakan Bos Besar. Maka, teknik pemasaran tidak seperti yang dilakukan Bos Besar perusahaan akan mengalami penurunan penjualan. Penurunan penjualan akan mengakibatkan kebangkrutan, kebangkrutan akan mengakibatkan pekerja menjadi pengangguran. Pengangguran akan menyebabkan kebutuhan keluarga tidak tercukupi.

Tapi semuanya bisa benar dan juga bisa salah. Jangan terlalu linier merumuskan kenyataan. Rasakanlah, ada energi yang tidak bisa kita lihat yang mengelilingi kita. Bisa saja Aku memilih tidak bekerja dengan Bos Besar, karena harus bekerja seperti itu. Atau Aku bisa saja tetap bekerja dengan si Bos Besar, karena ada keluarga yang wajib Aku nafkahi. Jangan juga terpaku pada 2 pilihan dariku. Hiduplah merdeka dengan bebas membuat pilihan. Yang terpenting ingat, bahwa ada energi yang tidak bisa kita lihat yang ada di sekeliling kita.

***

Bagaimana jika si Bos Besar adalah anda?

---

Tentang Penulis

Penulis bernama Nurul Priyanto, kadang di panggil Kupret. Penulis suka mengibaratkan dirinya sebagai  kopi pagi. Penulis seorang lulusan S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya, sekarang sedang sibuk menciptakan peradaban yang sosialis religius di desanya. Tapi itu hanya akting belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun