Nggak bisa disangkal, laki-laki dan perempuan itu sangat berbeda. Bukan hanya dari bentuk tubuh, peranan dalam keluarga, tapi juga dalam selera – termasuk ketika membeli benda seni.
Sebuah riset yang diadakan oleh Michigan State University (MSU) Broad College of Business baru-baru ini mempunyai bukti bahwa laki-laki cenderung memilih benda seni berdasarkan seniman yang membuatnya, sementara perempuan lebih peduli pada seni itu sendiri. Bagi laki-laki, “merek” si seniman itu lebih penting, sama pentingnya seperti makanan dan fashion.
Ada 518 orang yang terlibat sebagai responden dalam penelitian ini. Mereka diminta untuk melihat 2 lukisan yang nggak terkenal dengan biografi “buatan” tentang si seniman yang berisi karakter si seniman, seperti misalnya seniman tersebut sudah terkenal atau seniman “biasa” yang masih terbilang “newbie”.
Hasilnya adalah, para responden laki-laki memilih seniman yang sudah lebih terkenal, sementara perempuan nggak terlalu peduli dengan biografi sang seniman – yang penting mereka suka dengan hasil karyanya. Selain itu, perempuan ternyata lebih punya kemauan untuk meneliti dan mengevaluasi karya tersebut, sementara laki-laki akan langsung membelinya jika pembuatnya adalah seniman terkenal. Bisa jadi karena biasa perempuan membeli benda seni untuk kesenangan estetis, sementara laki-laki membelinya sebagai investasi.
Tapi Lise Eliot, seorang ahli syaraf dari Chicago Medical School menambahkan bahwa belum dapat dipastikan apakah perbedaan ini bersifat genetik atau karena perbedaan budaya.
Ada sebuah riset serupa yang diadakan pada tahun 2009 oleh University of California Irvien. Respondennya memang lebih sedikit, hanya 10 laki-laki dan 10 perempuan. Mereka diminta untuk menilai beberapa lukisan dan foto pemandangan. Survey tersebut memberi kesimpulan bahwa ketika memilih benda seni, perempuan menggunakan baik otak kiri maupun otak kanannya, sementara laki-laki hanya menggunakan setengah dari otak kanannya saat menilai sebuah benda seni. Perempuan lebih peduli pada detil, sementara laki-laki yang “peduli” pada karya sebuah seni secara keseluruhan.
Berarti, memang terbukti bahwa perempuan dan laki-laki memiliki cara berpikir yang berbeda, karenanya seringkali ada perselisihan cara pandang. Kalau cara berpikir yang seperti ini diterapkan untuk mencari jodoh, kira-kira menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala kita nggak – seperti misalnya, mengapa banyak laki-laki yang lebih mementingkan penampilan luar perempuan, dan mengapa banyak perempuan cenderung menilai laki-laki dari bibit, bebet, dan bobotnya.
Shortlink: http://bit.ly/1txSy0H
Related posts:
- Perempuan: Objek Seni?
- Pentingnya Perempuan Dalam Industri Kopi
- Perempuan-perempuan yang Salah
- Pelukis Purba Rata-Rata Perempuan?
- Perempuan di Industri Komik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H