Sebagai orang Indonesia, apakah kamu sangat mencintai budaya bangsa lain dibanding dengan budaya sendiri? Wajar sih, cinta budaya orang luar kan bukan berarti nggak cinta bangsa dan negara sendiri.Nasionalisme itu lebih dari sekadar cinta budaya, karena budaya dan seni itu perkara selera, meskipun idealnya orang Indonesia yang harusnya cinta banget sama budaya Indonesia… Hal inilah yang terjadi pada James Cahill, orang Amerika yang sangat mencintai budaya, terutama lukisan, Cina. James inilah yang udah sejak muda berusaha untuk memengaruhi dunia barat dan budaya Cina dengan cara mengintepretasikan lukisan-lukisan Cina menurut kacamata barat. Dan James yang besar jasanya bagi dunia seni lukis Cina itu meninggal pada tanggal 19 Februari 2014 kemarin di Berkeley, California, di usia 87 tahun, karena kanker prostat. James adalah dosen di University of California di Berkeley sejak tahun 1965 hingga beliau pensiun pada tahun 1994. Dan dia adalah salah satu ahli sejarah seni sejak akhir tahun 1950-an hingga tahun 1970-an yang melakukan riset tentang seni lukis Cina. Saat itu, ketertarikan dunia barat pada lukisan Cina belum sebesar saat ini.
riverbank_by_dong_yuanefac3a35bd69064c3eca
James biasanya mempelajari karakter para pelukis melalui karyanya, dan pada tahun 1999 dia berani menyatakan bahwa sebuah koleksi yang sangat penting milik Metropolitan Museum of Art adalah lukisan yang palsu. Lukisan yang berjudul
“Riverbank” karya
Dong Yuan dan dibuat di Abad 10 itu menurut james sebenarnya adalah karya
Zhang Daqian, seorang pelukis Abad 20 yang juga adalah kolektor yang jago memalsukan lukisan, demi keuntungan jutaan dolar. Tapi sampai saat ini, kasus tersebut belum juga selesai. James bukan orang yang mencari sensasi, sebenarnya, tujuannya benar-benar untuk meluruskan fakta, seperti yang diungkapkan oleh Nick, putra almarhum. James Francis Cahill lahir pada tanggal 13 Agustus 1926, dan awalnya beliau adalah seorang ahli bahasa yang bekerja sebagai penerjemah untuk US Army di Jepang, tahun 1946 sampai tahun 1948. Dia mendapatkan gelar kesarjanaannya di bidang bahasa-bahasa Asia Timur dari University of California dan gelar master dan Ph.D. didapatkannya dari University of Michigan. Pada tahun 1954 dan 1955, dia mendapat beasiswa dan kuliah lagi di Kyoto University. Pada tahun 1956 dirinya bergabung sebagai staf dari Freer Gallery of Art di Washington dan menjadi kurator di sana khusus untuk lukisan-lukisan Cina hingga tahun 1965.
Pada akhir tahun 1970-an, James mulai mengeksplorasi pertanyaan yang lebih dalam mengenai seni, dan dia mencari tahu apakah sebenarnya
lukisan-lukisan Cina terpengaruh oleh budaya barat. Isteri kedua James adalah seorang perempuan asal Cina, Hsingyuan Tsao. Menurut putrinya, di akhir hidupnya, James tetap membuat video yang berisi kuliah tentang sejarah lukisan Cina meskipun saat itu dirinya sudah terbaring di atas ranjang. Cintailah apa yang kamu lakukan, dan lakukan apa yang kamu cintai. Selamat jalan, James Cahill. Selengkapnya baca di
siniBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya