Berdasarkan data riset, jumlah coffee shop di Cina meningkat dua kali lipat dari 15.000 menjadi 31.000 selama periode 2007-2012. Begitu pun dengan salah satu coffee chain internasional yang sudah memiliki cabang di seluruh dunia, saat ini memiliki sekitar seribu outlet di Cina dan menargetkan 1500 outlet pada tahun 2015. Hal ini sedikit mengherankan, pasalnya, Cina dikenal dengan konsumsi minum tehnya yang tinggi. Bagi warga Cina, Minum teh telah menjadi semacam ritual, budaya minum teh dikenal sejak 3.000 tahun sebelum Masehi. Tujuannya agar mereka mendapatkan kesegaran tubuh selama melakukan meditasi yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk semangat dan tidak mengantuk. Teh telah membentuk satu gejala yang unik. Masyarakat menjadikan menyeduh teh dan mencicipi teh sebagai seni. Bagi mereka, minum teh adalah suatu ajang mengikat tali persaudaraan, simbol permintaan maaf, penghormatan dan juga relaksasi. Karena saat menyeduh dan kemudian menikmati teh dengan santai adalah waktu di mana perbincangan mulai dari ringan sampai berat dilaksanakan. Menurut penelitian Morgan Stanley, populasi penduduk Tiongkok saat ini kelahiran tahun 1980 ke atas. Ini membuat Tiongkok sebagian besar adalah muda-mudi yang mana ingin selalu mengikuti perkembangan zaman. Tren minum kopi ini merupakan refleksi untuk simbol negara maju, persahabatan dan jembatan penghubung relasi yang merupakan nilai penting di Cina. Perkembangan ini adalah pendorong utama meningkatkan fenomena bertemu dan bersantai di kedai-kedai kopi; sebuah gaya hidup baru masyarakat urban Cina. Dengan meningkatnya popularitas budaya kopi, kebutuhan impor biji kopi pun meningkat. Akhir-akhir ini, pasar impor kopi di Cina semakin meningkat, ada lokal dan nonlokal importer yang mengekspor kopi ke Cina. Pertumbuhan nilai ekspor kopi Indonesia ke Cina sendiri konon terus bertumbuh selama lima tahun terakhir. Juga dengan produksi lokal biji kopi di daerah Yunnan. Petani di Yunnan melakukan pertanian intensif pada kopi karena permintaan yang besar dari pasar. Selain coffee shop retail, sudah cukup banyak coffee shop yang menjual single origin terutama di Kota Shanghai. Beberapa coffee shop, juga telah sadar akan pentingnya mengembangkan kualitas kopi lokal (Yunnan). Terlebih lagi, ada yang menyarankan untuk meminum kopi tanpa gula. Oh, ya, merajalelanya coffee shop dan bertumbuhnya peminum kopi di Cina, tidak berarti menghilangkan budaya minum tehnya. Hanya saja, minum teh kini lebih sering dilakukan untuk perayaan. Seperti Tahun Baru atau Festival Musim Semi, sejumlah lembaga negara sering mengadakan jamuan teh. Dengan terus meningkatnya konsumsi kopi di Cina, para negara eksportir kopi akan bersaing lebih ketat dalam mengeskpor kopi-kopi mereka. Begitu pun Indonesia, semoga bisa dijadikan momen untuk meningkatkan kualitas ekspor kopi ke Cina ya?
Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- Kopi Yunnan Negeri Bambu
- Mengapa Seni Kontemporer Cina Maju?
- Budaya Ngopi di Australia
- Cina: Seni Tertua di Dunia
- Minum Kopi Sepuasnya. Mau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H