Kata orang, anak-anak lebih imajinatif dibanding orang dewasa, padahal mungkin mereka belum bisa membaca dan cerita-cerita yang mereka dengar hanya masuk melalui telinga mereka, atau kalaupun melalui mata mereka, biasanya dalam bentuk gambar. Tapi gambar itulah yang membentuk visualisasi dalam kepala mereka. Lalu, ingatkah kita betapa kita sangat ingin dapat membaca waktu kecil dulu? Rasanya nggak sabar untuk dapat ikut membaca koran seperti Ayah, membaca majalah seperti Ibu, dan membaca novel seperti kakak-kakak kita? Buku cerita anak yang ada nggak hanya mengandung gambar, tapi juga tulisan. Kita yang masih kecil ketika itu, mungkin bisa menangkap makna di balik gambar dalam buku cerita itu, tapi nggak sepenuhnya, karena ada tulisan juga di sana yang jadi pelengkap cerita.
breakfast_with_aaron_becker
Ada sebuah buku menarik yang berjudu
l “Journey” karya
Aaron Becker.
Buku ini bercerita tanpa kata-kata tentang seorang anak perempuan kecil yang kesepian, yang berpetualang ke dunia yang dia ciptakan dalam imajinasinya sendiri. Dunia yang terbentang antara kisah “Alice in Wonderland” dan “Little Boy Brown”, antara
film-film
Disney kontemporer dengan cerita “Arabian Nights” yang sudah sangat lama itu. Dalam bukunya ini, Becker menggambar dengan cat air untuk semua yang percaya pada dongeng dan keajaiban. Bukan saja untuk anak-anak kecil yang belum dapat membaca, tapi juga para remaja, dan bahkan kita yang masih percaya pada kemustahilan dan suka bertualang – meskipun sebenarnya buku ini awalnya ditulis untuk anak-anak yang berusia 4-8 tahun, atau balita sampai murid kelas 3 SD.
“Journey” adalah buku Aaron Becker yang pertama, yang diterbitkan oleh Candlewick Press pada bulan Agustus 2013, dan langsung meraih sukses. The NY Times Best Illustrated List 2013 menobatkan buku itu sebagai buku ilustrasi terbaik. Di tahun 2014 ini, Caldecott menobatkan buku itu sebagai “buku kehormatan”. Aaron, yang sebenarnya adalah seorang mantan desainer film, menerima banyak pujian dan pengakuan dari banyak orang sejak bukunya terbit. Kisah ini berawal dari anak perempuan di buku ini merasa sangat bosan, karena orangtuanya dan kakak perempuannya sibuk sendiri, sehingga nggak ada yang mengajaknya bermain. Ia lalu menggambar sebuah pintu di kamar tidurnya, dan ternyata kamar itu bisa dia masuki. Dari situlah petualangannya dimulai! Dengan bekal sebatang
krayon, anak ini terus melakukan perjalanannya yang seru dan berbahaya, sampai akhirnya dia dapat kembali lagi ke rumah dengan selamat. Krayonnya itulah yang memperkenalkan si gadis kecil itu kepada dunia yang baru dan memberikannya teman-teman baru.
Ah, jadi penasaran. Sayangnya buku ini sepertinya belum ada di toko-toko buku di Indonesia. Coba deh kalo kamu tertarik pesen
online aja yah. Website:
storybreathing.com Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- Melukis dengan Sidik Jari
- Melihat dengan Mata Terpejam
- Melukiskan Cinta dengan Lukisan
- Mengumpulkan Kenangan dengan Kolase
- Berkarya dengan Apa yang Ada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya