Albert Einstein, Van Gogh, Socrates, Andy Warhol, Miles Davis, dan bahkan Michael Jackson adalah para seniman besar di bidangnya masing-masing. Dan satu hal, selain seni, yang menyamakan mereka semua adalah… kesintingan. Harus diakui, para seniman besar itu dianugerahi talenta yang sangat besar, dan betapa talenta mereka dapat mengubah dunia. Tapi di sisi lain, mereka juga dianggap sinting – baik dalam pengertian positif, maupun negatif. Jadi, apakah untuk jadi seniman besar seseorang harus mengalami gangguan jiwa? Dan mengapa karya-karya terbaik Van Gogh dibuat saat dia mengalami gangguan kejiwaan? Bagi seorang seniman, seni adalah hal yang memotivasi hidup mereka. Mereka menciptakan sesuatu yang baru pada dini hari, dan kebanyakan mereka memang sulit tidur. Buat orang normal, hal ini adalah hal yang nggak wajar. Mereka nggak akan ngerti kenapa seseorang mau sebegitu menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang “sederhana” seperti menggambar atau bermain gitar? Tapi sebaiknya, daripada mencap para seniman itu sinting, lebih baik kita mencoba untuk mengerti mereka. Seniman itu terlihat “sinting” karena jiwa mereka lebih menyatu pada dunia ini, pada perasaan mereka, ketimbang orang lain. Ambil contoh George Harrison, misalnya, dari The Beatles. Ketika diperkenalkan kepada musik India oleh David Crosby, dia benar-benar mendalami budaya India sepenuhnya sebelum membeli sebuah sitar. Dia melakukan perjalanan ke India, belajar meditasi, sampai dia benar-benar tenggelam dalam budaya India. Bukan hanya itu, dia lalu berpindah agama dan menjadi seorang Hindu dan nggak mau lagi makan daging sampai meninggal.
Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- Mau Jadi Seniman Harus Siap Dikritik
- Kenapa Seniman Harus Nyentrik?
- Seniman-Seniman Besar nan Nyentrik pt.2
- Seniman-Seniman Besar nan Nyentrik
- 8 Perempuan Di Balik Para Seniman Legendaris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H