Masih ingat tragedi penembakan di Charlie Hebdo? Ia memunculkan ilustrasi Nabi Muhammad, lalu menuai kecaman sehingga serangan muncul di kantor majalan satir tersebut. Ternyata, sensor pada karya seni telah lama dilakukan pada karya-karya besar. Mulai dari abad ke 16 pada karya Michael Angelo sampai karya Ai Weiwei. berikut ini, Kopling akan berikan perkembangan sensor di dunia seni! 1565: Michael Angelo “The Judgement”
Karya magis dari Michael Angelo di Sistine Chapel ternyata menuai kontra. Pasalnya, beberapa penganut katolik fanatik, termasuk Paus Daniele de Volterra menganggap gambar tersebut immoral dan tidak suci karena menggambarkan orang-orang telanjang. Beberapa kritikus juga berkata bahwa tidak menangkap kesan seni dan suci dari gambar orang-orang telanjang yang digambar di dinding dan langit-langit Sistine Chapel. 1865: Edouart Manet’s “Olympia”
Edouart Manet adalah salah seorang pelukis Perancis yang mempelopori lukisan beraliran impresionis. Pelukis yang lahir di Paris ini telah menciptakan banyak lukisan yang beraliran impresionis. Meskipun lukisannya sering kali ditolak, termasuk Olympia ini, lukisan ini hanya dipamerkan di Salon des Refusés. 1866: Gustave Courbet’s “The Origin of World”
Setahun setelah Olympia, karya dari Gustave Courbet mengguncang dunia seni. Ia memperlihatkan dengan gamblang, vulva secara close up. Karya ini dicekal sampai tahun 1995, dan di media sosial facebook, karya ini tidak lulus sensor. 1894: Frederick MacMonnies’ “Bacchante and Infant Faun”
Patung yang terbuat dari perunggu terlihat seorang perempuan sedang menggendong anak kecil, namun dalam keadaan tidak berbusana. Inilah yang menyebabkan patung ini tidak untuk dikonsumsi banyak orang. Patung ini menggambarkan kemarahan perempuan, ia menggendong anaknya sambil mabuk. 1969: Dorothy Iannone’s Depictions Of “Ecstatic Unity”
Iannone, seorang seniman otodidak, menggabungkan unsur komik, ilustrasi, dan pornografi. Penggambaran warna-warni erotisme ini telah dihapus dari pameran di Kunsthalle Bern pada tahun 1969, setelah direktur museum menuntut alat kelamin dalam karya-karyanya akan ditutup-tutupi. Karena lukisannya yang dijuluki “pornografi,” Iannone telah melakukan perlawanan terhadap sensor dalam seni. 1987: Andres Serrano’s “Piss Christ”
Pada tahun 1987, fotografer, Andres Serrano mencelupkan salib plastik ke dalam cangkir dan mengisi cangkir tersebut dengan air kencingnya sendiri. Ia menjulukinya dengan “Piss Kristus.” Karya ini ditunjukkan di New York dan mendapat reaksi positif, namun ketika dipamerkan dalam pameran North Carolina dua tahun kemudian, dengan dana dari National Endowment of the Arts, respon negatif muncul. Senator lokal menyatakan kemarahan dan berkata bahwa “ini tidak menghormati Tuhan.” Insiden ini menyebabkan Serrano kehilangan hibah dan menerima ancaman pembunuhan selama hampir 15 tahun setelahnya. 1989: Robert Mapplethorpe’s “The Perfect Moment”
Pameran fotografi hitam-putih memicu dialog gambar seksual eksplisit dan keadaan sebenarnya dari kebebasan berekspresi. Pameran ini menampilkan foto dramatis, seorang pria kencing ke dalam mulut orang lain dan tangan yang dimasukkan ke dalam anus laki-laki. Pameran ini dijadwalkan di Galeri Seni Corcoran di Washington DC, namun dibatalkan bahkan sebelum dimulai. 1989: “Dread” Scott Tyler’s “What is the Proper Way to Display the US Flag?”
Scott, seorang mahasiswa seni di Institut Seni Chicago, menyelenggarakan sebuah instalasi di mana pengunjung tidak bisa mencapai karya yang dilihatnya tanpa menginjak bendera Amerika yang diletakkan di tanah. Akibatnya, beberapa penonton tertangkap karena menginjak bendera, setelah seorang veteran memberitahu pihak berwenang. (Scott sendiri ditangkap karena membakar bendera, ini bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan bendera) 1999: Chris Ofili’s “The Holy Virgin Mary”
The Holy Virgin Mary menggambarkan Bunda Maria dengan kulit hitam dan ada kotoran gajah di satu payudara. Hal ini jelas mengundang kecaman bagi masyarakat sana. 2012: Pussy Riot’s “Punk Prayer — Mother of God, Chase Putin Away!”