Setelah revolusi para seniman aliran impresionisme, timbul aliran kubisme pada awal Abad 20 dan dianggap sebagai “pergerakan yang penting dan berpengaruh”. Gerakan ini juga terjadi di Belanda, dan para seniman di sana tertarik dengan aliran yang baru ini. Namun ketertarikan mereka tetap bersifat netral pada saat Perang Dunia I, karena para seniman Belanda ketika itu nggak dapat meninggalkan negara mereka. Mereka pun jadi terisolasi dari dunia internasional – terutama dari Paris, yang menjadi pusat kesenian ketika itu. Jurnal De Stijl yang dikumpulkan oleh Theo van Doesburg (sumber: wikimedia.org) Pada masa itu, seorang pelukis Belanda, Theo van Doesburg, mulai mengumpulkan sesama seniman untuk membuat sebuah jurnal yang diberi nama “De Stijl” atau “The Style” dan membuat sebuah gerakan seni. Karena sifatnya yang sangat menyenangkan, Theo yang juga soerang penulis, penyair, dan kritikus ini mempunyai banyak koneksi di dunia seni. Tulisannya berhasil, dan banyak dibaca orang.
Kiri: Mondrian, Kanan: Theo (sumber: inconofgraphics.com dan biografiasyvidas.com) Sekitar tahun 1915, Theo bertemu dengan Piet Mondrian pada semua pameran di Stedelijk Museum Amsterdam. Mondrian, yang saat itu sudah pindah ke Paris tiga tahun sebelumnya berkunjung ke Belanda ketika pecah perang. Akibatnya, dirinya nggak bisa kembali ke Paris dan tinggal di sebuah komunitas para seniman, di antaranya adalah Bart van der Leck dan M. H. J. Schoenmaekers. Schoenmaekers lalu menerbitkan dua buah tulisan “Het nieuwe wereldbeeld” dan “Beginselen der beeldende wiskunde”. Kedua tulisan itu kemudian mempunyai pengaruh besar pada Mondrian dan para anggota De Stijl lainnya. Tak lama setelahnya, beberapa seniman lainnya ikut tergabung dalam gerakan ini, termasuk seorang seniman asal Hungaria, Vilmos Huszár, dan seorang penyair, Anthony Kok. Di tahun 1917 Mondrian melahirkan istilah baru “Nieuwe Beelding”, dan dirinya juga menulis 12 artikel yang diberi nama “De Nieuwe Beelding in de schilderkunst” atau “Neo-Plastisme dalam
Seni Lukis”. Artikel-artikel ini diterbitkan dalam De Stijl. Mondrian lalu menerbitkan sebuah buku pada tahun 1920 yang berjudul “Le Neo-Plasticisme”.
Salah satu karya Theo (sumber: wikiart.org) Setelah kematian Theo pada tahun 1931, De Stijl ikut mati. Para anggotanya memang masih saling berhubungan, tapi tanpa Theo komunitas ini nggak berjalan. Ide dasar dari gerakan ini, di sisi lain, tetap berjalan dan banyak seniman yang masih setia dengan prinsip-prisinpnya.
800px-RietveldSchroederhuis
Rietveld Schröder House (sumber: wikimedia.org) Pengaruh De Stijl sebagai sebuah gaya dalam berkarya akhirnya juga mempengaruhi seni arsitektur. Ada sebuah gedung yang dibangun oleh Rietveld yang dibangun dengan prinsip ini dan diberi nama Rietveld Schröder House.
graniph-piet-mondrian-collaboration-collection-03-570x380
Aplikasi De Stijl ke dunia fesyen (sumber: freshnessmag.com) Sampai hari ini, karya-karya yang menggunakan prinsip De Stijl ini masih eksis, terutama di Belanda. Apakah prinsip mereka sebenarnya? Abstrak murni yang mengurangi bentuk dan warna. Gerakan ini menyederhanakan komposisi visual menjadi bentuk-bentuk geometri vertikal dan horizontal saja, dan hanya menggunakan warna dasar ditambah warna hitam dan putih. Singkatnya, seperti karya-karya Mondrian yang sangat terkenal itu. Apa kamu termasuk salah satu penggemar aliran ini?
Shortlink: (click to copy)
Related posts:
- Sekilas Sejarah Lukisan Potret
- Sejarah yang Tak Terungkap dan Rasisme
- How to Run a Movement/Community
- Berkunjung ke Studio Para Seniman Ternama
- Sejarah Coffee Shop pt.3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya