Mohon tunggu...
Koalisi Pemuda Hijau Indonesia
Koalisi Pemuda Hijau Indonesia Mohon Tunggu... -

Mepersatukan generasi muda Indonesia untuk peduli dan tanggap demi terwujudnya lingkungan Indonesia yang lestari

Selanjutnya

Tutup

Nature

Gezi Parkı – Taman Gezi

24 Oktober 2013   14:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:05 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu 31 Mei 2013, aku yang tinggal di Üsküdar, bagian Asia dari İstanbul, berniat untuk menginap di rumah teman Indonesiaku di Istanbul, Ridwan di daerah Taksim, bagian Eropa İstanbul. Rasa heranku sebenarnya telah muncul sejak awal dimana kapal yang mengarah ke kabataş (baca: Kabatasy) yang seharusnya setiap 15 menit sekali mengangkut penumpang, tidak kunjung datang, akhirnya aku tolakkan tubuhku ke dermaga yang mengarah ke Beşiktaş yang sudah terdapat kapal  menunggu para penumpang sedaritadi. Akhirnya kapalkupun berlayar, walaupun mengarah ke Beşiktas, yang mana nantinya aku tetap harus berjalan sekitar 10 menit ke arah Kabataş untuk menumpang Metro / Subway (Kereta Bawah Tanah) tidak menjadi masalah. Sesampainya di Beşiktaş, aku berjalan sedikit ke Tugu Barbaros, ada hal aneh yang aku dapati di sana, rasa yang aku dapati pula ketika demo buruh pada tanggal 1 May lalu. “Sial, ini kan bau Biber Gaz (Gas cabai atau yang lebih di kenal dengan gas air mata di Indonesia)” Pikiranku sempat bertanya – Tanya, ada apa malam ini. Ku langkahkan kakiku lanjut meyusuri Dolmabahçe Sarayı (Istana Dolmabahçe) yang membentang dari Beşiktaş ke Kabataş. Ku lihat Istana yang dulunya adalah salah satu istana di zaman Turki Usmani ini, terlihat berbeda. Banyak polisi bersenjata lengkap yang berjaga-jaga di depan pintu masuk Istana ini yang ada di Beşiktas yang sekarang ini dipakai sebagai tempat Reçep Tayyip Erdoğan (baca: Recep Tayip Erdoan) bekerja. Tak ku hiraukan, ku lanjutkan langkahku ke Kabataş di antara orang-orang turki yang berjalan melawan arah dengan menggunakan masker.

Kabataş

Sukur alhamdulillah, akhirnya aku berhasil mencapai Kabataş. Bagaimana tidak, nafasku sesak dengan gas air mata yang tak sengaja terhirup yang mengakibatkan nafasku perih. Namun, tak hanya itu, sesampainya di depan Dolmabahçe Cami (Masjid Dolmabahçe) yang berada di Kabataş, ratusan orang menyuara-nyuarakan aspirasinya di tengah jalan besar per tigaan yang waktu itu aku tidak mengerti dan juga tak ingin mengerti apa yang mereka katakan dikarenakan waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. “Aku harus cepat sampai, Harus cepat istirahat” hanya itu yang terbesit di benakku saat itu, mengingat ujian yang harus aku hadapi esok harinya. Hanya mengambil gambar beberapa foto dan video, aku langsung bergegas menuju eskalator yang akan membawaku ke Metro. Rasa heranku muncul ketika aku palingkan tatapanku ke atas langit. Ada pesawat yang mengitari di atas para demonstran sedaritadi yang akhirnya aku ketahui, mereka menyemproti gas air mata dari atas sana.

Kabataş – Taksim

Tak kalah terkejut ketika eskalatorku sampai di ujung bawah terminal metro. “Yah.. Metronya tutup” Ya, aku lupa. Metro yang melayani perjalanan kabataş – Taksim ini akan selalu tutup disetiap ada demonstrasi besar yang berkonsentrasi di taksim guna menghambat lebih banyaknya massa yang datang. Mengetahui hal itu, langsung aku percepat langkahku ke sebrang jalan bermaksud ke jalan tikus yang aku ketahui untuk mencapai Taksim melalui Beşiktaş İnonu Stadion. Tak di duga pula, ternyata polisi berjaga-jaga menutup pula jalan itu, akhirnya ku mainkan instingku dan mengikuti orang – orang Turki lainnya yang sepertinya juga bermaksud ke arah Taksim.

Taksim

Setelah sampai di taksim, ku istirahatkan diriku sejenak. Bagaimana tidak, secara geografis, Taksim ini berada di atas bukit, daerah dimana dekat dengan Galata Tower tempat yang dipakai  Fetih Sultan Mehmet menaikkan kapal – kapalnya dalam penaklukan Constatine. Kulihat Taksim yang sangat berubah, banyak coret – coretan, beling beling berserakan dan tak lupa gas air mata yang semakin pekat. Ku putuskan untuk lanjut ke Taksim Square tempat dimana temanku Ridwan tinggal. Namun, akupun lupa bahwa taksim square itu adalah titik pusat para pendemo. Ku lanjutkan langkahku dan kulihat Taksim Square yang setiap harinya ramai oleh muda-mudi dan turis, menjadi tempat yang sepi dan mencekam. Ku tarik sweater yang tadinya aku siapkan untuk kupakaian besok dari tasku guna menutupi hidungku yang pada saat itu sudah sulit sekali menghirup oksigen. Ku lihat banyak polisi memblokade İstiklal Caddessi, jalan yang tak pernah sepi oleh pengunjung. Sambil aku coba menghubungi temanku yang sialnya tak tahu mengapa paket SMS Aveaku tak berfungsi seketika di hari itu. Ku langsung langkahkan kaki ku ke konter HP terdekat dengan rasa cemas berjalan dari Taksim Square ke arah Toko-toko yang berada dekat dengan Gereja Armenia yang terlihat megah itu. Tak lama, aku keluar dari toko itu dan mencoba berjalan ke arah rumah temanku. Ku lewati diskotik -diskotik yang biasanya tertutup rapat, pada malam itu menjadi tempat mengungsi bagi para pengunjung taksim yang tak kuat lagi menghirup pedihnya gas air mata. Sambil tetap berjalan dengan sweater yang membalut hidung dan mulutku, aku coba lagi menghubungi Mas Ridwan. Belum sempat telefonku tersambung, “Sial, di tutup lagi jalannya” .. Ya, jalannya ditutup dan terlihat banyak polisi yang mencoba menghalangi para demostran dengan suara dentuman-dentuman, entah itu suara dari pistol, senapan atau dari senjata api lainnya. “Reza! Jangan pergi kerumahku, aku juga sekarang sedang di Osmanbey (suatu daerah di dekat Taksim) dan gak bisa pulang, jangan dekat-dekat daerah situ, aku dengar sudah ada beberapa yang meninggal, coba cari tempat lain!” Sepenggal pernyataan dari Mas Ridwan, cukup membuatku cemas. Namun tak ada yang lain yang aku fikirkan saat itu, hanyalah mencari tempat untuk tidur yang mana malam itu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tak lama berjalan balik, Mas Ridwan ternyata sudah mengontak temanku yang lain, Mas Riza, yang rumahnya berada di Beşiktaş dan aku di sarankan untuk tinggal di di sana bersama teman-teman lain yang berencana untuk piknik ke Princess İsland termasuk juga Mas Ridwan esok harinya.

Taksim – Beşiktas

Tak jauh berbeda dengan perjalananku yang sebelumnya, aku terpaksa harus berjalan kaki lagi dari Taksim-Kabataş-Beşiktaş karena tidak ada Otobus (Bis) yang lewat. Di sepanjang jalan, aku masih bisa melihat ke keluargaan masyarakat Turki, dimana mereka saling menawari tumpangan untuk menaiki taksi untuk mengarah ke Beşiktaş yang mana itu adalah jalan lurus dari Taksim bawah-Kabataş-Beşiktaş, walaupun aku tidak tahu, yang menumpang akan di mintai bayaran juga atau tidak. Aku yang orang asing, tidak dapat berbuat banyak, berjalan ku pikir adalah jalan yang tepat dibanding meminta tumpangan.

Beşiktaş

Waktu menunjukkan jam 00.30 pagi, akhirnya aku bisa “menyelonjorkan” kakiku di rumah temanku, Mas Riza ini, Setelah di jamu dengan makan malam dan berincang-bincang ala Indonesia, akhirnya kita mencoba untuk tidur. Ya, mencoba, karena sekitar jam 1.30, suara bising dari peralatan dapur yang dipukul terdengar keras. Kami coba lihat ke luar jendela flat kami “Sial.. Kenapa pada demo disini!” Ternyata, banyak orang sekuler tinggal di kawasan rumah temanku ini. Dimalam itu, sebagian besar mayarakat keluar rumah memukul peralatan dapur mereka, membunyikan klakson sekeras-kerasnya, menepuk-nepuk tangan atau hanya bersiul – siul diiringi teriakan mereka salah satunya adalah “Tayyip İstifa! Beşiktaş bizim (Tayyip! Undur diri! Beşiktaş adalah milik kami) ” , tak hanya menyuarakan aspirasinya, beberapa muda-mudi berciuman di tengan keramaian sambil mengambil photo sambil di soraki dan di tepuki masyarakat lainnya sekaan menonton pertunjukkan drama Barat. Apa yang sebenarnya malam itu terjadi? Tak terbesit dalam fikiranku malam itu. Hanya ujian besok yang menghantui pikiranku malam itu. Adzan subuhpun berkumandang, aku mulai terlelap tidur meskipun masih mendengar suara bising di luar sana pula.

Pasca malam itu

Akhirnya aku sampai juga di Asia! Rasa tenang dan amanpun menyelimuti, hari itu hari sabtu 1 Juni 2013. Setelah aku menyelesaikan ujianku di Arnavutköy (Bagian eropa İstanbul) yang mana tetap pulangnya aku harus tetap berjalan dari Ortaköy ke Beşiktaş untuk mendapat perahu kembali ke Asia (Urutannya Arnavutköy-Ortakoy-Beşiktaş-Kabataş-Taksim) dikarenakan Beşiktaş, Kabataş dan taksim adalah pusat demonstrasi. Namun, ternyata tak seperti itu, asrama ku yang terletak di daerah Ümraniye, Asia pun juga tak luput dari suara-suara bising selepas solat maghrib, walaupun tidak sebesar seperti yang terjadi di lakukan di daerah-daerah di Eropa karena daerah Ümraniye dikenal dengan daerah yang islamnya lumayan bagus.

Kisahku diatas adalah gambaran gentingnya situasi pada malam itu. Akupun semakin penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi di Kota seribu masjid ini?

Perubahan fungsi Gezi Parkı menjadi pusat perbelanjaan plus masjid

Gezi Park merupakan kompleks pertamanan yang terletak di daerah Taksim Square yang mana memiliki sejarah panjang mulai dari Kesultanan Usmani, Mustafa Kemal Attatürk dan sampai saat ini. Rencana yang akan di lakukan pemerintah adalah mengubah Taksim Square yang selama ini dilalui banyak kendaraan, menjadi tempat yang mengutamakan pejalan kaki untuk mengatasi kemacetan. “Reçep Tayyip Erdoğan mengatakan Pusat perbelanjaan yang di maksudkan oleh pemerintahan pun bukan pusat perbelanjaan Tradisional, melainkan  juga termasuk pusat kebudayaan, tempat opera dan juga masjid”. Namun, dengan begitu, secara jelas, sebagian besar lahan dari Gezi Park akan termakan. Rencana ini menimbulkan banyak suara sumbang dari masyarakat dikarenakan mereka khawatir ruang terbuka hijau di Istanbul akan semakin berkurang dan juga dengan di buatnya bangunan baru, titik masuk untuk ke Taksim akan menjadi 2 titik masuk saja, yang artinya pemerintah akan mudah mengontrol orang – orang yang akan masuk ke dalam Taksim ketika ada demonstrasi besar.

Islamisasi

“Kami khawatir, pemerintahan akan semakin Islami, Dengan keputusan Pembatasan Alkohol beberapa waktu lalu dan pelarangan muda-mudi berciuman di tempat umum” Ungkap Ufuk, salah satu demonstran. Demonstrasi perubahan Gezi Park menjadi kompleks pembelanjaan dengan masjid, kini bukan lagi masalah lingkungan, namun sebagai ajang untuk menyampaikan ketidak puasan masyarakat terhadap rezim Reçep Tayyip Erdoğan yang dinilai semakin islami dan otoriter. Hal ini di buktikan pula dengan akan di renovasinya barak pada masa Turki Usmani dan penghancuran Mustafa Kemal Attatürk Cultural Center, ungkap BBC. Karena hal ini lah, pusat demonstrasi melebar ke beberapa kota lainnya seperti yang terjadi di Ibukota Turki ini, Ankara.

#1 Milyon Taksime VS #1 Milyon Zeytinburnuyu

Reçep Tayyip Erdoğan menyalahkan Twitter atas demostrasi yang terjadi di kota Istanbul di setiap akhir pekan itu, ia  menuding banyak pihak yang yang beroposisi dengannya mendorong orang-orang untuk melakukan demonstrasi, pihak pihak tersebut adalah para ekstrimis dan Partai Keadilan dan Pembangunan yang tidak dapat menang dalam kotak suara. Oleh karena itu, 16 Juni 2013 padah hari Sabtu, Reçep Tayyip Erdoğan mengundang para pendukungnya untuk datang ke Zeytinburnu untuk mendengarkan orasinya. Berbagai orang dari bermacam-macam elemen pun datang membanjiri lapangan orasi bak semut-semut mengerumuni sebutir gula, mulai dari pelajar, ustadz, imam, pekerja, sampai orang asing yang tak luput membawa bendera kebangsaan mereka masing-masing ke acara tersebut, sebut saja Pakistan, Mesir dan Suriya. Tidak begitu jelas, apa tujuan yang dilakukan oleh Perdana Mentri Turki ini, namun hal ini terlihat ia berusaha menandingi jumlah para demonstran yang biasa datang dan bermalam di Gezi Parkı.

Penyelesaian Masalah Gezi Park

Hari itu, gas air mata tak henti-henti di semprotkan ke Gezi Park di mana para demonstran telah duduki selama 18 hari lalu. BBC menyatakan, operasi berjalan mulus, dengan berhasil mengusir para demonstran hanya dengan 29 jumlah korban luka ringan, beberapa orang kembali ke tempat terdekat, namun polisi terus menyemproti mereka dengan gas air mata. Tetapi Tayfun Kahraman, Seorang anggota Solidaritas Taksim sebagai penggerak aksi protes mengatakan sejumlah orang terluka akibat peluru karet. “Biarkan mereka membersihkan taman, kami tidak peduli lagi. Tindakan keras ini harus di hentikan. Warga berada di dalam negara yang buruk,” katanya kepada kantor berita Associated Press. Setelah beberapa hari kemudian, banyak rehalibitasi yang dilakukan di daerah taksim mulai dari batu2 jalan yang berada beberapa kilometer seperti Beşiktaş, yang tadinya para demonstran gunakan untuk membuat blokade, mulai di bersihkan, papan iklan yang dirusak, tembok-tembok yang di corat-coret dan tempat-tempat bersejarah yang dirusakpun mulai di benahi oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Namun, pemerintah masih menunggu keputusan keadilan terkait dilanjutkannya atau tidak proyek pembangunannya. Aksi 5 Minutes of Silence. Setelah pendudukan Gezi Park oleh polisi, hal yang selanjutnya di lakukan oleh demostran adalah melakukan aksi diam 5 Menit. Aksi ini di lakukan oleh masyarakat Turki baik yang sedang di Turki ataupun yang ada di luar Turki pada tanggal 19 Juni 2013. Di luar negeri, aksi ini dilakukan dengan mendatangi kantor kedaulatan Turki di setiap Negara, dan di Turki sendiri, hal ini dilakukan dengan mendatangi Taksim Square dan diam berdiri sambil menghadap Mustafa Kemal Attatürk Cultural Center yang mana terdapat Bendera Turki yang paling besar dan Foto Mustafa Kemal Attatürk sang pendiri Turki Modern dan Sekuler. Ufuk, salah satu demonstran mengatakan, kami melakukan aksi ini karena kami sadar, diam adalah bentuk protes yang paling dalam. Selain itu kami juga menghindari bentrok fisik terhadap polisi dan penangkapan. Namun aksi diam 5 menit yang di rencanakan sekitar pukul 10.00 – 10.05 waktu Turki, rasanya tak berjalan, karena banyak para demonstran yang melakukannya lebih lama bahkan semakin sore semakin banyak orang yang datang. Bahkan seorang seniman Turki melakukan hal ini selama 8 jam bersama 10 orang lainnya. “Kami tidak akan pernah berhenti, hal ini bukan berarti pemerintah menang atas kami, kita lihat saja nanti apa yang aka terjadi”, Kata Halil dan Serra, para demonstran.

Demonstrasi yang terjadi di Turki beberapa saat ini berawal dari rencana pemerintah Republik Turki untuk mengalih fungsikan taman Gezi menjadi pusat perbelanjaan dengan Masjid. Penulis sendiri merasa kesulitan untuk menemukan masjid di daerah Taksim yang mana dulunya adalah bekas tempat tinggal orang-orang Itali, Prancis, dan negara barat lainnya tinggal. Aku harus berjalan beberapa kilo meter melewati Galata Tower untuk menemukan 1 masjid kecil. Terlepas dari masalah lingkungan, kenyataannya terlihat sekali masalah yang ada adalah kekhawatiran masyarakat akan Islamisasi Republik Turki ini dan menjadikan momen ini sebagai arena menagajukan ketidak puasan mereka atas kinerja rezim Reçep Tayyip Erdoğan ini. Turki memanglah bukan negara Barat dan bukan negara Timur, Turki adalah Turki, suatu negara yang mengalami sejarah panjang, mulai dari kekaisaran Kristen Romawi Bizantium sekitar 671SM – 1453 , Kesultanan Islam Turki Usmani 1453 – 1923, Rezim Turki Modern dan Sekuler Mustafa Kemal Attatürk 1923 – 1938 sampai rezim Abdullah Gül presiden Turki dimana perdana mentrinya adalah Reçep Tayyip Erdoğan 2003 – sekarang. Turki yang di kenal oleh negara-negara lain sebagai negara Islam tidaklah seperti demikian, seperti pandangan orang-orang Turki terhadap Indonesia. Sebenarnya, jumlah taman yang terdapat di Istanbul sendiri jauh lebih banyak daripada jumlah taman yang kita punya di Jakarta dimana setiap kelurahan setidaknya mempunyai 3-5 taman besar lengkap dengan alat-alat olahraga yang tertata rapih dan berfungsi dengan baik. Entah perubahan Gezi Parkı ini hanya sebagai fasilitator pengudetaan Reçep Tayyip Erdoğan atau tidak, namun hal yang terlihat jelas adalah lebih ke ranah politik dan ideology orang-orang sekuler yang khawatir kembalinya Turki sebagai negara Islami.

http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-22753752

http://www.tribunnews.com/2013/06/04/perdana-menteri-turki-benci-twitter

https://www.facebook.com/RecepTayyipErdogan

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/06/130616_turki_demo.shtml

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/06/130618_turki_aksidiam.shtml

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/06/130603_turki_mogok.shtml

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/06/130605_dunia_protesturki.shtml

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun