Saat makan nangka memang menyenangkan, manis, namun saat terkena getahnya itulah harga yang harus ditebus. Demikian pula dengan Angelina Sondakh,Putri Indonesia 'terkorup' yang pingsan di mobil KPK yang hendak mengantarkannya kembali ke peristirahatan di sel penjara, usai menjalani sesi tanya jawab tentang kasus yang membelitnya. [caption id="attachment_296875" align="alignnone" width="285" caption="Angie, sumber foto:id.berita.yahoo.com"][/caption] Angie sebagai orang yang berasal dari keluarga baik-baik dengan ayahandanya yang dahulu menjabat di bidang pendidikan tentu pernah diajarkan tentang 'konsekuensi baik-buruk dari perbuatan' dan pastilah juga pernah membaca pepatah lama 'jangan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain'.  Jadi Ia tentu mengerti bahwa korupsi itu perbuatan buruk karena merugikan orang lain. Dengan melakukan korupsi Ia sedang bermewah-mewah diatas kemiskinan jutaan rakyat Indonesia. Memang saat melakukan hal hal yang tampaknya asyik itu, Ia lalai menghitung 'kapan akhir dari pesta pora korupsi' yang datang begitu cepatnya. Atau juga karena berasal dari Partai Demokrat yang sedang menggenggam kekuasaan Ia merasa 'untouchable' dari sentuhan aparat hukum terutama KPK. Sekarang saat MA memperberat hukumannya  menjadi 12 tahun dan denda Rp 500 juta dengan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti Rp 12,58 Milyar dan 2,35 juta USD (setara +/- Rp 27,4 Milyar) barulah Angie mengerti bahwa korupsi itu tidak asyik sama sekali, tinggal getahnya saja yang membelenggu hidupnya. Betapa harta-harta yang dicuri akan segera diambil lagi tinggallah ia di bui dengan kondisi babak belur asset-assetnya. Kalau sudah begini, kita bisa bertanya: mengapa korupsi?, siapa suruh korupsi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H