Hijab-hijab (al-Hujub) klebencian dan wasilah (jalan) gelap yang saling berseliweran, selesaikanlah dengan hati bersih hingga terang cahaya-Nya. Badan-badan yang gelap (zulmaniyyah) atau badan-badan yang berjisim (al-Jismaniyyah) adalah tubuh dan hati kita yang pekat dengan angkara. Kekotoran hati dan nafsu kita adalah iblis-iblis (al-Abaalisah) itu sendiri. Maka selesaikanlah semua dengan cahaya terangh kerukunan dan perdamaian.Â
Gramatikal
Fa iniintahau fa innallooha ghafuurun rahiim (Kemudian jika mereka berhenti dari memusuhi kamu, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Al-Baqarah 192
Merupakan gabungan antara:
-- Harfun fa' isti'nafiyah, adat syarat dan fi'il madhi mabni 'alal fathah dan fa'ilnya pada lafaz "fai iniintahau".
-- Waqoitu fi jawabul syarat, harfun musyabbah bil faa'il dan lafadz jalaalah pada lafaz "fainnallooh".
-- Khobar inna marfu' bi dhommah dan Khobar tsani pada lafaz "ghafuururrahiim".
Tafsir
1. Sifat Rahman dan Rahim-Nya semestinya mendorong keras untuk berusaha menjadi pribadi yang pemurah dan penyayang.
2. Terlihat Islam anti-konflik pada lafaz "Fa iniintahau" yang merupakan frasa anti-konflik dengan makna utama "mereka berhenti (memusuhi)", maka konflik janganlah diperpanjang. Jika aggressor, intruder, annoyer, disturber berhenti menggalang permusuhan maka maafkanlah.
3. Sifat pemurah dan penyayang akan menempatkan iman yang tersembunyi (al-Iman al-Khafiy) atau anti ujub dan kekafiran yang zahir (al-Kufr al- Zahir) pada tempatnya masing-masing.
4. Tabir-tabir manusia (al hujubi adamiyyah) mudah "dirobek" maka robeklah (maafkanlah, sayangilah).
5. Setiap konflik akan mempunyai peluang sifat-sifat merusak seperti disembelih (al- Mazbuuh), ditunggangi (al-Markuub), dimakan (al-Ma'kuul) dan diminum (al-Masyruub).