Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ashabul Aikah dan Hutannya yang Rusak

27 April 2020   12:37 Diperbarui: 27 April 2020   12:40 3258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayat-ayat pilihan Ramadan bagian-6

Surah Huud ayat 94

Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.

Belajar banyak dari Ashabul Aikah, penduduk negeri Madyan (Midian) di lingkaran Yordania yang khilaf mengurusi hutannya. Nikmat kesuburan bentang alam beserta komponen biotik dan abiotiknya telah membuat mereka melalaikan untuk melestarikannya.

Kebiasaan buruk tidak adil merawat sebuah keseimbangan terbawa hingga ke ranah akhlak sosial ekonomi. Meraka senantiasa melakukan penipuan atau kecurangan dalam perdagangan. Selalu mengurangi timbangan dan takaran.

Pelajaran-pelajaran pelestarian hutan yang diajarkan Nabi Syu'aib dianggap angin lalu. Padahal beliau adalah Khathibul Anbiya' (ahli pidato dari kalangan para nabi). Kampanye pelestarian alam yang digalang olehnya tak digubris oleh ashabul aikah.

Tentang bagimana memperlakukan hewan yang juga pernah diajarkan Nabi Shaleh sebagai bagian komponen biotik penghasil daya dukung hidup telah mereka anulir dengan membunuh unta-unta penghasil protein hewani.

Al-Aikah yang dimaksud di sini bukanlah sebatang pohon besar lebat yang disembah-sembah oleh penduduk Madyan. Namun sebagai perlambang atas kelalaian mereka terhadap alam. 

Jika ekosistem dan habitat terganggu dan terusik, maka otomatis hukum alam akan bicara. Keseimbangan hidrologi, fluktuasi cuaca hingga pergeseran kestabilan iklim maka bencana alam adalah ganjarannya.

Dan benar adanya. Azab yang diturunkan tak jauh dari pola perusakan alam. Cuaca buruk dan sebaran awan yang tak seimbang karena pemanasan ekstrem menghasilkan awan super kumulonimbus mammatus. Dalam ayat ini disebut dengan lafaz shayhah dan Rajfah. Bentuk nyata azab atau bencana alamnya berupa ekstrasi dari awan berupa guruh (thunder)/ petir.

Asbab ini sunatulloh kekuatan alam (sayhah dan rajfah). Tuhan tak akan murka jika tak disembah. Namun, alam akan murka jika ditelantarkan. Kekuatan alam ini sekaligus menghantarkan dua bencana besar yaitu gelombang lecutan arus listrik dan gelombang suara yang sangat memekakkan. Hingga keadaan katastropik ini disebut dalam ayat sebagai lafaz Jaatsimin (mati bergelimpangan).

Ketika ashabul aikah sombong dengan bentang alam subur nan hijau menyejukkan tanpa mau merawatnya, maka azab yang logis adalah kegersangan dan pemanasan suhu lingkungan.

Kekuatan gelombang bunyi diatas 154 dB hingga 190 dB yang bisa menghasilkan mortalitas (kematian) massal. Bukan hanya kendang telinga saja yang pecah namun jantung dan paru-paru bisa meledak. Hingga konsep keganasan awan "sayhah dan Rajfah" bisa dikembangkan menjadi senjata pemusna berbasis mega-desibel.

Hikmah dan pelajaran penting tentang azab bencana alam berbasis desibel mematikan ini semoga selalu mengingatkan kita pentingnya menjaga alam. Dengan itu lingkungan akan memberikan desibel-desibel yang ramah bagi manusia.

Hal menarik lainnya tentang desibel berkah atau desibel ramah seperti yang tersebut dalam kitab Azizi alal jamius shaghir : jika telinga salah seorang dari kalian berdengung (berbunyi nging), maka hendaklah dia mengingat aku (Rasulullah Saw) dan membaca sholawat kepadaku serta mengucapkan : dzakarollohu man dzakaroni bikhoir (Allah akan mengingat yang mengingatku dengan kebaikan).

Imam Nawawi Berkata : sesungguhnya telinga itu berdengung hanya ketika datang berita baik ke roh.

Bahwa Rasululloh Saw telah menyebutkan orang pemilik telinga yang berdengung (berbunyi nging) tersebut dengan kebaikan di Al Mala'al A'la (Majlis Tertinggi) di alam roh.

Jadi jika terjadi, maka itu tak sekedar sebuah tinnitus, atau gangguan eksternal desibel telinga. Namun, lebih dimaknai sebagai ibadah (berselawat dan berdoa).

Gramatikal

1. Walammaa (dan tatkala) merupakan harfun jar (kata sandang) yang diawali dengan wawu ibtidaiyah.

2. Jaa'a (datang) merupakan fi'il madhi (bentuk lampau) aktif dengan subyek pelaku orang ketiga laki-laki tunggal.

3. Amrunaa (urusan kami) merupakan isim (kata benda) abstrak dengan kata gantu kepemilikan kami pada lafadz "na".

4. Naj jaynaa (kami selamatkan) merupakan fi'il madhi (bentuk lampau) aktif dgn subyek "kami".

5. Syu'aiban (Nabi Syu'aib) merupakan isim 'alam (proper noun).

6. Walladzina (dan orang-orang yang) merupakan kata ganti (dhomir).

7. Amaanu (mereka beriman) merupakan fi'il madhi (bentuk lampau) dengan subyek pelaku laki-laki lebih dari dua orang.

8. Ma'ahu (bersama dia) merupakan harfun jar (kata sandang) dengan kata ganti kepunyaan laki-laki tunggal pada lafadz "hu".


9. Birahmatin (dengan rahmat) merupan isim (kata benda) abstrak gender perempuan tunggal.

10. Minna (dari kami) merupakan harfun jar (kata depan) dengan kata gantu kepemilikan "kami" pada lafadz "na".

11. Wa akhadzati (dan mengambil) isim (kata benda) gender perempuan tunggal yang majrur.

12. Aladzi (yang) merupakan kata ganti (dhomir) gender laki jamak.

13. Dholamu (mereka menganiaya) merupakan fi'il madhi (bentuk lampau).

14. Ashshaihaitu (suara keras) merupakan isim (kata benda) abstrak.

15. Fa ashbahu (maka mereka menjadilah) merupakan fi'il amr (kalimat perintah).

16. Fii (kalian bertasbih) merupakan harfun jar (kata depan).

17. Diyarihim (rumah/kampung halaman) mereka merupakan isim (kata benda).

18. Jaatsimin (mati bergelimpangan) merupak isim (kata benda) dengan pelaku aktif gender laki jamak.

Tafsir

1. Gelombang suara dengan desibel ultra ataupun infra adalah nikmat Allah. Namun, jika diekstremkan simpangannya maka akan menjadi pemusnah massal.

2. Nikmat hutan rimba adalah cobaan. Jika ditelantarkan akan membawa bencana.

3. Suara yang menggelegar bisa jadi suara malaikat Jibril dari beberapa tafsir. Asbab lainnya adalah sunatullah kekuatan alam (sayhah dan rajfah).

4. Lokalisasi azab Allah yang khas. Dengan melakukan tindak ekstrasi (naj jaynaa/kami selamatkan) semua unsur mukallaf (yang dikenai wajib ibadah, termasuk jin) untuk dicover dengan kekuatan yang maha dahsyat yaitu ilmu pengetahuan untuk mengerti tentang kelestarian alam dan lingkungannya.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun