Mohon tunggu...
Kontan Tarigan
Kontan Tarigan Mohon Tunggu... Dosen - Saya seorang akademisi Fisika

Akademisi yang berfokus untuk menyampaikan berita pendidikan guna mengembangkan insan, nusa dan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Universitas Swasta Juga Perlu Jurusan MIPA

4 Mei 2022   10:05 Diperbarui: 5 Mei 2022   03:51 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kita jarang sekali melihat jurusan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) pada umumnya dan Fisika pada khususnya di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesaia, beda sekali dengan PTS di luar negeri. Jurusan itu selalu ada di universitas di luar negeri. Keadaan ini sungguh miris sekali karena sumber daya alam kita ada dan mau diolah sendiri.

Kita ambil contoh masalah magnetik. Kita mempunyai sumber magnetik Fe, Ni, Co dan unsur-unsur tanah jarang (rare earth), seperti Sm, Pm, Nd, Pr, Ce, dan La. Unsur-unsur ini semua terdapat di Indonesia. Masalahnya, alat ukur dasar untuk mengukur sifat magnetik pada temperatur 0 - titik leleh (K).  Tambah lagi, ahli dalam bidang magnetik ini tergolong minim di Indonesia, tapi ada walau tidak termanfaatkan. Ujungnya mendatangkan ahli dari luar negeri.

Saat ini sedang berkembang penelitian sifat-sifat Magnetik Nano, Magnetocaloric,  magneto shape memory,  Thermo electric, dll.  Mestinya kita sudah mengembangkan sendiri magnetik yang ada di alam Indonesia. Alat untuk mengembangkan penelitian-penelitian ini adalah Vibrating Sample Magnetometer (VSM) atau yang lebih canggih  Physical Property Measurement System (PPMS). Masalah seperti ini siapa yang mengerjakan? Tentu saja orang yang terbiasa berfikir dan bekerja secara mendasar yaitu orang MIPA bukan orang Teknik. Jangan biasakan dosen mata kuliah MIPA itu diajar dosen teknik tetapi tetap diserahkan kepada dosen-dosen MIPA.

Seorang dosen di Korea punya PPMS yang diangsur dari dana proyek. Namun, di Indonesia mengadakan alat seperti itu masalah sekali. Padahal penelitian-penelitian itu tidak susah untuk dipelajari karena pengalaman penulis juga pernah melakukan beberapa ketika di luar negeri.

Jika VSM dan PPMS yang bagus itu ada di Indonesia, saya yakin sumber daya alam kita seperti unsur-unsur tadi dapat kita kembangkan sendiri menjadi bahan dasar alat magnetik. Masak kita tidak mampu padahal mempunyai lembaga sebesar BRIN.

Perhatikanlah China, dulu bahan-bahan magnetic dia dijual ke Eropah dan Amerika, sekarang tidak dijual lagi karena mereka tahu kekuatan magnetik itu luar biasa menjadi sumber tenaga  listrik. Kenyataannya banyaklah tutup perusahaan magnetik di Eropah dan Amerika.

Saya tanda tanya bagaimana caranya agar para ahli  bersatu untuk mengembangkan penelitian. Mungkin sistem penelitian dirubah; Kepala laboratorium menyediakan bahan penelitian dan siap membiayai penelitian. Anggota penelitian jika publikasi harus mencantumkan nama kepala laboratorium dan semua yang tercantum namanya mendapat dana dari kantor masing-masing dengan besar diatur berdasarkan IF dan banyaknya peneliti.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun