Mohon tunggu...
Kontan Tarigan
Kontan Tarigan Mohon Tunggu... -

Kontan Tarigan E-mail: kontan_tarigan@yahoo.com PERSONAL DATA: Born November 10, 1962 in Langkat, North Sumatera, married, two sons. EDUCATION: Bachelor of Science degree in Physics from University of North Sumatera (USU); Master of Science degree in Materials Science from University of Indonesia (UI); Doctor degree candidate in Physics in Magnetic Nano-materials from Chungbuk National University (CBNU). EXPERIENCE: From 1985 to 1993, He served as a teacher in Physics and Mathematics at high schools (SMA Nasional Khalsa Medan, SMA Nasional Ahmad Yani Binjai, and SMA Khatolik Paskalis Jakarta); From 1993-2007, He served as a lecturer in Physics at 4 famous universities in Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banyak Anak Banyak Rezeki?

10 Juli 2016   04:50 Diperbarui: 10 Juli 2016   07:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tampaknya, Indonesia akan susah maju karena panutan masyarakat masih suka banyak anak, beda sekali dengan prilaku rakyat negara maju. Tentu saja, pendidikan anak semakin mahal  jika kebanyakan. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh masyarakat terdidik yang berkualitas. Demi pendidikan yang baik  tidak jarang mesti menyekolahkan anak ke luar negeri. Jadi, kualitas pendidikan berbanding lurus dengan besarnya biaya pendidikan.

China menerapkan aturan satu anak biaya pendidikan gratis, dua anak maka anak kedua bayar separoh, tiga anak maka anak ketiga bayar total.  Keluarga China saat ini, pada umumnya memiliki satu anak saja. Faktanya, China berhasil menghasilkan SDM yang baik dan jadi negara ekonomi terbesar setelah USA.

Kebetulan saya pernah satu tim dengan dua rekan dari China di lab.ketika sekolah di Korea dulu, Dr. Peng dan Dr. Zhang.  Kedua mereka merupakan anak tunggal. Sekarang, kami sudah kembali ke negara masing-masing untuk membangun bangsa. 

Oleh karena itu, sudah sepatutnya masalah anak ini diatur seperti negara China itu. Sebenarnya, pada zaman orba masalah ini sudah diatur melalui program KB, sehingga pada saat itu sudah mulai keluarga-keluarga tidak mau lagi punya anak banyak. Banyak anak banyak rezeki? Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun