Kabupaten Malang, Kecamatan Kalipare, Desa Arjosari (15/06).Â
5 anggota Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang pergi berkunjung ke rumah salah seorang peternak ayam petelur di Desa Arjosari Kecamatan Kalipare Malang Selatan. Peternak ayam petelur ini bernama Sukamto yang telah mengembangkan peternakan ayam petelurnya sejak setelah krisis '98 tahun 2000-an secara independen tanpa ada campur tangan orang lain untuk memulai.Â
"Awalnya sembari membuka toko kelontong, saya harus menjual motor yang saya punya dengan hasil penjualan sebanyak 4.5 juta rupiah yang akhirnya saya gunakan untuk mulai ternak 100 ekor ayam bersama dengan keterbatasan lahan. Saya memulai 100 ekor  ayam itu dengan membuat kandang di belakang rumah saja. Dari modal yang saya punya, untuk hasilnya tentu kala itu saya pakai untuk terus mengembangkan ayamnya." Ujar Sukamto ketika ditanya bagaimana awal mula perjalanan peternakan ayam petelurnya hingga kini. "Tidak ada campur tangan orang tua bahkan orang lain. Dari dulu saya memang ingin dan memiliki cita-cita untuk memiliki peternakan ayam. Dan selama beberapa tahun itu, saya telah melewati banyak sekali kemajuan dan kemunduran. Saya sempat mengalami rugi karena masih belum pandai tentang segala ilmu dari ternak ayam petelur. Sempat ayam saya terkena virus, namun saya belum mengetahui mengapa. Akhirnya saya sempat berguru kepada Bapak Siswojo asal Blitar yang mungkin sekarang jumlah ternaknya mencapai jutaan ekor." Lanjut Sukamto. "Kuncinya kalau mau melakukan bisnis segala apapun bentuk bisnis khususnya ayam petelur ya memang kita harus turut terjun hingga ke akar ketika memilih untuk beternak ayam petelur. Mulai dari pakan dan nutrisinya, kualitas hingga kuantitas harian dari telur ayam yang dihasilkan, kondisi kandang dan hal lain sebagainya yang dapat mempengaruhi proses jalannya peternakan. Tentunya kalau sendiri yo susah, makanya saya berguru dan belajar bersama orang yang lebih pandai." Lanjut Sukamto sambil memberi nasihat tentang bagaimana untuk menjalankan suatu bisnis.
 "Untuk sekarang di tahun 2021, jumlah ayam petelur yang berada di kandang kemungkinan sekitar 25.000 lebih ekor dengan luas kandang 1.5 hektar dengan jumlah pekerja 10 orang yaitu 5 perempuan dan 5 laki-laki dengan masing-masing target harian yaitu  maksimal 3.000 ayam dan minimal 2.500 ayam untuk melakukan perawatan ternak dari memberi makan, mengambil telur dan memperhatikan kondisi kandang. Untuk persebaran pasar, saya memang tidak berniat untuk mengembangkan hingga ke luar Indonesia. Sekarang pasar saya bisa untuk ke luar Jawa Timur seperti Kalimantan dan Jakarta. Hari ini, truk pengangkut telur itu akan membawa telur-telur yang telah dipesan menuju Blitar, yang kemudian akan dibawa menuju Jakarta." Lanjut Sukamto sembari menjelaskan bagaimana kondisi ternak ayamnya pada hari Selasa (15/06).
Dari kisah Bapak Sukamto, kami belajar sangat banyak tentang bagaimana kiprah seorang peternak ayam petelur. Mental yang kuat, kondisi fisik yang sehat juga penting demi kelancaran peternakan, yang tak kalah penting adalah tentunya rasa penasaran akan segala hal yang memiliki dampak kepada bisnis peternakan. Kisah Bapak Sukamto tentunya menginspirasi anak muda untuk terus belajar, gigih dan pantang menyerah tentang hal-hal yang telah kita pilih. Dari situ, kesuksesan akan muncul dengan keringat yang telah terbayarkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H