Tembakau, oleh masyarakat nusantara dipakai dalam banyak sekali ritual atau upacara adat. Dalam ritus-ritus tersebut, tembakau sudah dipakai ratusan tahun. Tembakau bersama pinang dan sirih menjadi pelengkap setiap upacara adat. Keragaman penggunaan tembakau menunjukkan bahwa tembakau telah menjadi bagian dari kebudayaan nusantara.
Selain menjadi pelengkap upacara adat, tembakau di beberapa wilayah menjadi semacam buah tangan untuk menghormati kerabat atau tuan rumah. Di Minang, tembakau menjadi bagian budaya petatah-petitih dan simbol keeratan hubungan kekeluargaan. Artikulasinya mewujud dalam tradisi kasusastraan nan indah yang terdapat dalam dialog cerita Randai, kesenian dari Minang.
Sebagaimana dituturkan oleh budayawan Djamaludin Umar dalam buku “Mereka yang Melampaui Waktu”,cerita Randai menggunakan idiom rokok (tembakau), sirih, dan pinang. “Datuak baringin sonsang, baduo jo pandeka kilek, hisoklah rokok nan sebatang, supayo rundiangan naknyo dapek”. Artinya, ketika tembakau sudah dibakar dan dihisap, maka perundingan atau musyawarah mufakat sudah bisa dimulai. tembakau dalam hal ini menjadi penanda bahwa pertemuan yang dilaksanakan telah resmi dan sah secara adat.
Di Minang, banyak cerita lisan, pantun yang menggunakan idiom rokok, sirih, dan pinang untuk petatah-petitih mengundang orang, pinang-meminang, pernikahan, bertamu, pengukuhan gelar penghulu, dan untuk meminta izin memulai pembicaraan. Selain di Minang, mari kita selusuri beragam upacara adat yang menggunakan tembakau:
1. Huta Horja Bius di Sumatera Utara
Upacara adat Huta Horja Bius merupakan upacara penting dalam tradisi masyarakat adat Batak. Huta adalat persekutuan masyarakat yang paling kecil yang dibentuk oleh marga. Sedangkan Horja merupakan kumpulan dari beberapa Huta, dan tiap Horja adalah bagian dari Bius.
Dalam Pagelaran pesta Huta Horja Bius diadakan yang namanya Hahomion Ritual Hahomion yang bisa dikatakan sebagai warisan tradisi animism masyarakat Batak. Tembakau, dalam upacara tersebut dipakai sebagai perlengkapan makan sirih bersama daun sirih, gambir, kapur, cengkeh, dan pinang.
2. Ngeyeuk Seureuh di Sunda
Ritus Ngeyeuk Seureuh merupakan bagian dalam upacara perkawinan di Sunda. Dalam ritus itu, dua mempelai berebut mengambil barang dalam tumpukan yang tertutup kain. Barang-barang yang diselimuti kain terdiri dari srih, gambir, pinang, tembakau, telur, dan alat tenun yang disebut ulakan.
Barang yang terambil menjadi pertanda masa depan hidup kedua mempelai. Hal itu mempunyai arti rezekinya akan melimpah bila bekerja dalam bidang yang bersangkut-paut dengan jenis barang yang diambil.
3. Upacara Kantiana di Sulawesi Tengah