Akhir pekan kemarin, saya baru saja menonton film yang cukup ramai diperbincangkan belakangan, yakni Surat dari Praha. Di luar perdebatan soal dugaan plagiasi atas sebuah buku kumpulan cerpen, Surat dari Praha terhitung lumayan berhasil untuk takaran film Indonesia.
Film ini bercerita soal kehidupan seorang eksil yang tidak bisa kembali ke tanahair karena menentang orde baru. Tapi sampai sini saja pembahasan filmnya, karena tulisan ini bukanlah review atas film tersebut. Kita akan berbicara soal kretek, ya kretek.
Dalam film Surat dari Praha, ditampilkan beberapa kali adegan Jaya (diperankan Tyo Pakusadewo) menghisap kretek. Pada sebuah adegan, ditampilkan Jaya yang sedang minum diberikan kretek tingwe oleh Dewa (Rio Dewanto), bartender yang juga berasal dari Indonesia. Dalam scene tersebut, Jaya diberikan jatah satu batang perhari selama seminggu karena sulitnya mendapatkan kretek di Praha. “Ini baru dapat titipan dari teman di Jakarta, Om,” jelas Dewa pada adegan tersebut.
Kretek jelas berbeda dengan rokok biasa. Karena kretek memiliki ciri khas yang membedakannya dengan rokok biasa, yakni keberadaan cengkeh yang menambah cita rasa kretek yang begitu khas.
Pada adegan lainnya, ditampilkan Dewa yang duduk di samping Laras (Julie Estelle) di rumah Jaya, lalu meminta izin untuk menyalakan sebatang kretek. Namun karena Laras memintannya untuk tidak merokok disampingnya, maka Dewa pun urung membakar kretek tersebut.
Hal ini mencerminkan bagaimana Dewa sebagai perokok, tetap memiliki etika untuk tidak melanggar hak Laras yang tidak merokok. Hal-hal macam inilah yang harusnya diperbanyak dan diajarkan kepada perokok lain agar tetap bertanggung jawab sebagai perokok. Agar yang tidak merokok tidak terganggu dengan asap rokoknya. Saya merasa, adegan ini pas sekali dengan tabiat para kretekus Indonesia.
Selain itu, beberapa waktu lalu pun saya pernah menonton film Negeri van Oranje. Dalam film itu juga ditampilkan kretek, sebagai sebuah identitas bangsa yang mempertemukan mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri. Saya merasa, semakin banyak film berlatar luar begeri yang menghadirkan kretek sebagai salah satu elemen penting bagi orang Indonesia di luar negeri.
Bagi banyak orang yang tinggal di luar negeri, kretek memang menjadi salah satu kebutuhan yang tidak boleh tidak disebut dalam hidup mereka. Misalkan, seorang teman pernah jalan-jalan ke vietnam harus membawa stok kretek hingga 2 slop agar tidak kesulitan ketika berada di sana. “Rokok di luar negeri nggak ada enak-enaknya, Cuma mahal saja,” ucapnya suatu waktu.
Menurutnya, Ia bisa dengan mudah dicirikan sebagai warga Indonesia hanya dari kretek. Ketika Ia menghisap kretek di area merokok, seseorang menghampirinya dan dengan mudah mengidentifikasi kalau teman saya adalah orang Indonesia. Tidak Cuma itu, si bule itu malah meminta kreteknya sebatang untuk dihisap bersama. Begitulah kisah kretek di negara lain. Ia bisa dengan mudah diketahui dari aromanya yang khas, dan bisa mempersatukan orang-orang Indonesia yang tinggal di sana.
Sumber: Komunitas Kretek