Mohon tunggu...
Puisi Pilihan

Kenyataan

7 Maret 2019   09:15 Diperbarui: 7 Maret 2019   09:23 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Ade Surya Tawalapi

Lirik-lirik itu terbelah-belah
Sebelum sampai ke ujung langit
Menjatuhkan asaku pada
Ngilu yang paling palung

Sebongkah timah menyumbat
kerongkonganku sesaat sebelum
ia menderu lalu turun secepat kilat, ke bawah pusar
Memelintir dan sisakan
Nyeri bagai hati diiris sembilu

Kata-kata bagaikan asap
Yang meliuk ke angkasa
Lalu menipis dan menghilang.
Sementara aku adalah bocah
Kecil yang menengadah meminta
Takdir disusun ulang.

Pekanbaru, 16 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun