Mohon tunggu...
Komunitas Penulis Berbalas
Komunitas Penulis Berbalas Mohon Tunggu... Guru - Berbalas puisi, cerpen, dan kanal lainnya

Email: komunitasp582@gmail.com Berbalas puisi, cerpen, dan kanal lainnya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi untuk Mbak Widz

12 Februari 2022   05:33 Diperbarui: 12 Februari 2022   05:45 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari pixabay

Ditulis oleh Engkong Felix, Ari, Dewi Leyly, Ayu

Curah hujan sepagian di Jakarta pada delapan Pebruari tahun dua-dua ini bukan derai air mata duka. Tapi curahan rezeki yang menyejukkan jiwa dan tubuhmu, wahai dikau perempuan peramah yang berdiri di gigir pantai barat Benua Amerika. Kau bahkan tak tampak olehku di sana walau serenik kutu, tapi mata batinku melihatmu sedang tersenyum menyambut cercah cahya hari baru.

Mengenalmu dalam aneka untaian aksara yang bermakna. Ada canda tawa dalam bahagia. Membagikan ceria hidupmu dalam balutan artikel berarti. Meneladankan indahnya memberi dari pada sekedar menerima. Tak banyak menggurui atau komentar tak perlu. Selalu langkah nyata yang kau pilih dalam karya literasi, sosial dan lainnya. Seperti permata yang berkilauan hidupmu terus bersinar. Sambutlah hari bahagiamu sebagai satu kali lagi kesempatan bermakna dalam kehidupan.

Pertambahan usia bukan sekedar seremonial perayaan belaka. Yang dilingkupi gelak tawa, canda, dan nyanyian. Tak jua sekedar dekorasi penyemarak ruang. Balon, pita warna-warni, kue tart susun penggugah selera. Namun, lebih pada perayaan kehidupan. Dengan aneka kisah yang silih berganti, serupa panggung cerita mahakarya. Suka duka tapak kaki dalam perjalanan yang masih tersembunyi di mana ujungnya. Hampir dekat atau masih jauh. Misteri Illahi.

Hujan masih menggenangi malam Jakarta pada tahun dua dua. Riuhnya terdengar oleh telinga para penghuni nirwana. Sekejap kupetik aksara dalam bejana saujana. Bukan serasa nikmat sebiji apel dari surga. Hanya beberapa kata yang kupinjam dari penyair yang memuja sastra. Untukmu perempuan bersadur kesederhanaan. Batu Sri Ratna mengilaukan cahaya hatimu. Bilik samudera raya menyuarakan rapal kecantikan hatimu, perempuanku. Sayatan cerita ini kepunyaanmu. Biarkan tangan kami menengadah kepada penguasa semesta. Melagukan rapal doa dari sudut jiwa kami yang terdalam. Untukmu, perempuan berbaju zirah kebaikan.

..

Kolaborasi puisi oleh Engkong Felix, Ari, Dewi Leyly, Ayu

Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun