Mohon tunggu...
Liona Aprisof
Liona Aprisof Mohon Tunggu... -

'Perempuan bersama buku, film, alam dan cinta.'

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku hanya Menuliskannya …

9 Mei 2011   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hanya menuliskannya …

“Mahasiswa itu harus peka terhadap fenomena sosial yang terjadi. Banyak baca buku, diskusi, dan menuliskannya … “

Aku tersenyum mendengar kalimat ini keluar dari salah seorang seniorku di kampus. Kampus FISIP Unib tempat aku berproses. Tempat aku menjalani kehidupan dan belajar menuliskan tentang semua yang kutemui. Serta merasakannya hingga menjadi sesuatu yang kadang membuatku terlalu penat. Pernah sampai membuat malamku menjadi begitu menggelisahkan. Dan aku lebih memilih untuk tutup mulut. Tidak menceritakan apa yang kurasakan kepada mereka, sahabat-sahabatku. Aku juga tak mau melihat siapa-siapa. Menutup diri, tidak? Aku berjalan-jalan untuk menghilangkannya. Tetapi indahnya malam penuh bintang yang seharusnya memberikan ketenangan, tak mampu ikut serta menuntaskan perasaan gelisah yang kumiliki.
Lalu aku putuskan untuk pulang ke rumah. Esok, esok, dan esoknya lagi. Aku lupa bahwa aku pernah menjadi orang gila. Bahkan kenangan itu tak bisa kuingat dengan pasti. Lalu kehidupan berlanjut. Waktu itu aku pulang kampung halaman. Ceritanya saat sedang beres-beres kamar lamaku. Kubuka lemari usang itu, dan berjatuhanlah diari-diari kecil. Mulai dari yang tebal, tipis, kecil, lebar, dan ada yang sekadar selebaran-selebaran. Aku baca beberapa tulisan di selebaran itu. Helo.. aku pernah menulis. Ya..aku menuliskan kebahagiaan disana. Dan yang pasti aku mengungkapkan banyak kesedihan di dalam tulisan-tulisanku. Tetapi aku menulis. Itu intinya.
Dan kali ini aku benar-benar sudah gila. Tak kupedulikan lagi aturan-aturan yang pernah aku terima tentang TATA CARA MENULIS YANG BAIK DAN BENAR, katanya. Aku hanya ingin menulis. Berkali-kali kunyatakan dalam pikiranku. Hidupku berubah. Menjadi lebih terasah. Kegelisahanku berarah. Dan aku tak lagi merasa paling bermasalah. Setiap kujumpai mereka yang memberiku makna dalam hidup ini. Yang aku lakukan selanjutnya, hanya menuliskannya. Tak ingin kisah ini terlewatkan. Tak ingin kisah ini menguap di udara, lalu hilang. Tak ada cerita tentang aku dan hidupku. Aku tak menginginkan hal itu.
Kupelajari tentang orang yang bisa dengan bebas menuliskan yang dia mau. Kupelajari hidupnya, kupelajari tulisannya. Semakin hari semakin besar keinginanku. Sungguh, aku tak berharap tulisanku akan jadi “apa-apa”. Aku menulis hanya karena jari-jariku bergerak untuk menuliskannya. Di handphone ku pun kebanjiran kata-kata mutiara yang kuciptakan melalui sebuah perasaan. Aku tak perduli. Dan sekelilingku, kuciptakan suasana menulis. Aku bergabung dengan kegiatan-kegiatan penulis. Menjadi “sok-penulis”. Ya itulah aku dan tulisanku.
Nyatanya, orang tak boleh hanya sekadar bisa berbicara. Dia harus mampu menuliskannya. Karena cerita dalam tulisannya adalah bagian dari caranya untuk mengatakan pada semua orang tanpa harus lelah berbicara. Lagi pula, aku sekarang seorang mahasiswa. Mahasiswa, yang katanya kaum intelektual. Ditambah lagi aku seorang Muslim. Aku harus bisa dakwah. Dan dakwahku adalah melalui tulisan-tulisanku.

Dengan menulis aku berfikir kembali tentang hidup
Dengan menulis aku telah mengabadikan setiap kisah dari hari-hariku
Dengan menulis aku belajar tentang cara berbagi
Dengan menulis aku berdakwah
Dengan menulis aku memborbardir pemerintah dengan lebih arif
Dengan menulis aku menegur diriku sendiri
Tentang bagaimana kehidupan seharusnya
Tentang aku yang harus terus belajar
Judulnya BELAJAR MENULIS
Dan dengan menulis
Aku tahu aku bisa menulis

Selamat menulis
Motivasiku hanya keinginanku untuk hidup yang lebih berarti
Tidak hanya sekadar “simbol-simbol” prestasi
Tetapi menggapainya dengan lebih indah
Membuat diri menjadi lebih berarti buat umat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun