[caption id="attachment_235753" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Saya pernah sebentar mendapat kesempatan tinggal di negara Jepang, dalam kesempatan yang singkat itu saya sedikit mendapat kesimpulan tentang perbedaan antara Indonesia dan jepang khususnya dari segi transportasi. Kenapa ini saya tulis, karena transportasi adalah isu yang paling rawan diindonesia saat ini, walaupun mungkin orang-orang yang bertugas mengurusi ini hanya pegawai negeri yang hanya berfikir berangkat, apsen pulang dan digaji, tanpa memikirkan kelangsungan dan masa depan transportasi di indonesia secara lebih serius. Kenapa isu transportasi menjadi sangat serius ?
- karena transportasi adalah faktor utama penggerak ekonomi
- karena transportasi memakan korban nyawa dan harta paling banyak setiap tahunnya dibandingkan hal yang lain, korban mati karena terorisme 10 tahun terakhir lebih sedikit dibandingkan korban mati karena transportasi 1 minggu ini di seluruh indonesia.
kembali ke tema utama. Beberapa perbedaan Indonesia dan jepang dalam sisi transportasi : 1. Di jepang, hampir semua jalan memiliki trotoar. Ini adalah wujud penghargaan pemerintah jepang terhadap pejalan kaki dan pengendara sepeda (onthel). Coba kita bayangkan bagaimana jalan-jalan di Indonesia, karena lemahnya perancangan maka jalan-jalan di Indonesia sangat banyak tanpa trotoar, sehingga pejalan kaki menggunakan jalan utama untuk berjalan dan beresiko tertabrak kendaraan bermotor. Pemerintah Indonesia bisa saja beralasan karena kurangnya dana, tetapi itu alasa klasik sementara markup dan korupsi menjadi-jadi. 2. Jepang, Lampu kuning artinya "Injak Rem" di Indonesia lampu kuning artinya "Injak Gas" Ini adalah wujud penghargaan yang kecil terhadap aturan, wujud penghargaan yang kecil terhadap keselamatan, dan juga rendahnya disiplin. Selain itu kita bisa melihat bagaimana rambu-rambu lalu lintas hanya pajangan, tanda dilarang parkir, didekat lampu merah, diseberang kantor polisi, dipenuhi oleh kendaraan yang parkir, sementara pak polisi sibuk mengadakan operasi kendaraan bermotor di kampung. 3. Di Kota-kota utama jepang (Nagoya, Osaka, Tokyo dll) Kereta Bawah Tanah menjadi sarana tranportasi utama, di Indonesia Bus dan angkot menjadi sarana tranportasi utama. Tingginya mobilitas penduduk mengakibatkan semakin banyaknya sarana tranportasi yang dibutuhkan, sarana transportasi sehebat apapun tidak akan memungkinkan bila hanya diatas tanah, sebagai contoh jakarta, 3-5 tahun lagi bila penambahan kendaraan dan populasi tidak diimbangi dengan penambahan infrastruktur jalan maka kemungkinan akan lumpuh, roda ekonomi akan tersendat. 4. Di jepang tempat parkir sebanding dengan jumlah kendaraan. Kita lihat bagaimana di indonesia, trotoar dijadikan lahan parkir, membuka toko dan usaha tanpa menyediakan lahan parkir sementara customer dibiarkan parkir di jalan dan menggangu transportasi. Bagi sebagian Instansi yang mengurusi tranportasi mungkin mereka bahkan tidak pernah berfikir tentang ini, mereka hanya berfikir tentang kendaraannya saja (ato malah gak berfikir) dan tidak memperhatikan faktor ini. 5. Dijepang aturan tentang Gas buang benar-benar dilaksanakan. Kenapa di jepang mobil lama tidak boleh dipakai, sebenarnya mungkin tidak ada aturan tentang itu, tetapi mobil-mobil lama kemungkinan sudah tidak lulus uji emisi sehingga tidak lagi diijinkan untuk dikendarai. bahkan dijepang kendaraan Solar tidak boleh jalan, kenapa ? karena tidak ada yng lulus uji emisi. Jalan-jalan di jepang begitu bersih dari asap, bahkan asap putih, tidak seperti di indonesia, polusi kendaraan bermotor begitu luar biasa. Apakah di Indonesia tidak ada aturan itu ? Ada, cuman tidak dilaksanakan. 6. Keselamatan Transportasi menjadi prioritas Ketika anda naik sepeda (onthel) dimalam hari, anda akan dihentikan oleh polisi (bila ketemu) jika anda tidak menghidupkan lampu. Ketika ada perbaikan jalan dimalam hari, mereka memberikan lampu yang sangat terang sebagai peunjuk pengguna jalan supaya mereka tahu ada perbaikan jalan sebagai wujud penghargaan terhadap keselamatn pengguna jalan. itu hanya contoh-contoh kecil yang tidak pernah dijalankan di Indonesia. Coba lihat di PANTURA jantung tranportasi pulau jawa, bikin lubang dijalan hanya ditutp seng, perbaikan jalan tanpa informasi dan lampu pengaman. Nyawa begitu murah di indonesia. Masih ada banyak hal lain yang membedakan, tetapi 6 hal itu saya rasa cukup untuk dijadikan acuan bagi pihak-pihak terkait untuk bahan perbandingan. Mau tidak mau tranportasi di indoneia harus jadi prioritas, tidak hanya masalah gaji pegawai saja yang diurusi, tidak hanya masalah demokrazzyyy saja yang diurusi, tidak hanya masalah politik dan segala tetek bengek pilkada saja yang diperhatikan. NEGARA MAJU ADALAH NEGARA YANG MENGHARGAI NYAWA. SEMAJU-MAJUNYA NEGARA BELUM MAJU SEBELUM MAMPU MENGHARGAI NYAWA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H