Kami Koalisi Mahasiswa Peduli Pedagang Sunmor menyatakan hadir sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitar UGM, terutama kaum pedagang pasar kaget Sunday Morning UGM. Kami hadir dalam perasaan gembira sekaligus prihatin. Gembira karena adanya bukti bahwa almamater kami masih memiliki unsur-unsur kerakyatannya, dibuktikan dengan adanya pasar rakyat yang bersifat kagetan, atau bisa disebut pasar kaget, yang berada di lingkungan universitas. Prihatin karena almamater tercinta kami sedang lupa dan luput dalam mengeluarkan kebijakan untuk menyelesaikan salah satu permasalahan yang mendera almamater sekarang ini.
Kami meyakini bahwa keberadaan pasar kaget Sunday Morning UGM ini membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar universitas dan dapat pula membawa kebermanfaatan bagi almamater, apabila almamater mau dan beritikad untuk memanfaatkan keberadaannya. Setiap hal yang menjadi solusi bagi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan pasar rakyat ini, adalah dasar kenapa kami bergerak.
Pada awalnya kami hanyalah segelintir mahasiswa dari berbagai fakultas di UGM yang memiliki keresahan dan kepedulian yang sama. Dan kami memandang bahwa diperlukannya sebuah wadah yang cair dan tidak terikat kepada kepentingan apapun, selain kepentingan untuk mempertahankan keberadaan pasar kaget Sunday Morning UGM untuk tetap dapat berdiri dan membuat ratusan pedagang didalamnya dapat mencari penghidupan disetiap hari Minggu pagi. Maka kami berkumpul dalam suatu wadah yang berisikan mahasiswa yang peduli dengan pedagang Sunday Morning UGM, dan kami namakan wadah ini dengan nama KOMPPAS UGM. Koalisi Mahasiswa Peduli Pedagang Sunmor UGM.
Kami meyakini bahwa kaum dagang yang berkumpul disetiap hari Minggu pagi ini, hanyalah segolongan manusia yang berusaha mencari penghidupan atas diri dan keluarga mereka. Bukankah “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” sudah termaktub dalam konstitusi dasar negara ini. Karena hal inilah maka kami menyadari bahwa orang-orang yang menjadi kaum dagang yang bersifat informal ini adalah korban kebelum-mampuan negara dalam menyediakan lapangan kerja yang layak bagi rakyatnya. Oleh karena itu kami salut dan angkat topi atas berbagai usaha mandiri kaum dagang ini, dalam mewujudkan impian mendasar negeri tercinta ini.
Kamipun sadar bahwa setiap kaum pasti memiliki permasalahan masing-masing. Kaum dagang dalam pasar kaget Sunday Morning UGM ini tentu memiliki kelemahan-kelamahan yang harus diselesaikan agar keberlangsungannya dapat menjadi lebih baik kedepannya. Permasalahan-permasalahan seperti kemacetan, kotornya lokasi pasca kegiatan jual beli, kekumuhan, premanisme, dan munculnya raja kecil yang menguasai pihak lainnya, adalah permasalahan yang umum terjadi di pasar pasar yang bukan merupakan pasar modern. Permasalahan ini memiliki dua pilihan untuk menghadapinya, meninggalkannya dan membuat pasar rakyat ini semakin terpuruk, atau terjun masuk dan mengusahakan perubahan dengan berbagai cara. Dalam hal permasalahan ini, kami memilih jalan kedua untuk menghadapinya.
Konsekuensi dari pilihan kami ini, tentu akan membawa kami di posisi yang berseberangan dengan almamater, yang memandang solusi bagi permasalahan pasar rakyat ini adalah dengan meninggalkan pasar rakyat ini. Disaat pasar rakyat didera permasalahan yang umum terjadi tadi, almamater yang kami cintai ini bukannya berusaha menyelesaikan permasalahan yang ada dengan terjun langsung namun justru menyingkirkan pasar rakyat ini. Ibarat seorang dokter menemui pasiennya yang sakit, bukannya menyembuhkannya namun justru membunuhnya. Oleh karena itu, kami menawarkan kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar Minggu pagi beberapa hal :
- Pertahankan Sunday Morning UGM di lokasi yang strategis di lingkungan UGM. Hal ini memperjelas bahwa kami menolak diadakannya pemindahan (relokasi) pasar rakyat ini ke tempat yang merugikan semua pihak yang berkecimpung di dalam kegiatan ekonomi hari Minggu pagi ini, baik itu pedagang, pembeli, hingga pengunjung.
- Jadikan pasar rakyat ini menjadi bagian dari Universitas Gadjah Mada lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian kontrak yang menguntungkan kedua belah pihak. Atau secara legal menjadikan Sunday Morning ini sebagai suatu rangkaian kegiatan yang memang diadakan oleh UGM dihari Minggu pagi yang menunjukan kepedulian almamater terhadap kaum dagang.
Kami mengajak semua pihak terutama mahasiswa untuk bergabung dalam perjuangan kami. Bagi kami, sebuah perjuangan dimulai dengan kemauan dan pemikiran untuk kebermafaatan, barulah nanti akan menghasilkan hal-hal besar.
Tondy Dmr
Yogyakarta, 27 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H