Mimpi ini mimpi empat tahun yang lalu yang menjadi kenyataan, mimpi yang dulu aku berjuang keras untuk mendapatkanya, bahkan aku merelakan orang yang ingin mengajak aku menikah untuk menundanya dan saat ini dia meninggalkan aku tanpa kabar apapun, namun itu tidak menyurutkan aku untuk terus mengejar mimpi ini, ya mimpi yang bergejolak, empat tahun yang lalu teman-teman satu angkatanku sudah jauh berada di dalamnya, aku sempat kecewa waktu itu dan tidak ingin melanjukan study keperguruan tinggi namun ada satu orang yang membuatku semangat sampai akhirnya aku bisa menyelesaikan S1 dengan nilai sangat memuaskan, dan yang sangat beruntungnya aku bisa melanjutkan S2 di universitas negri dan mendapatkan beasiswa sampai lulus dan bisa bertemu dengan teman-temanku yang masih berjuang keras mengejar kelulusannya.
Allhamdulilah selalu aku bersyukur kepada pemilik bumi ini, aku masih diberi kesempatan melanjutkan study, namun ternyata ini tidak semudah yang aku bayangkan niat ku untuk focus belajar tanpa memikirkan biaya hidup selama aku berkuliah, tapi itu tidak menyurutkan semngat meskipun aku sering meminjam ke bebrapa teman untuk tetap bertahan hidup di bandung, sampai akhirnya uang sisa di dompet hanya cukup sampai makan siang besok , padahal aku seperpun belum membayar kostan, belum biyaya buku setiap mata kulaih, belum lagi ada iuran kelas dan kumpulan kumpulan yang sifatnya mengeluarkan biaya, namun itu tidak menyurutkan semangat untuk terus belajar dan meraih mimpi yang pasti
Sebelum aku tidur aku ngbrol dengan teman katnya besok tanggal 9-10 september 2015 ada acara wisuda kampus, aku pun mencari ide apa yang bisa aku lakukan , tiba –tiba ada bunga dihadapan ku, yak aku jualan Bunga, gumam ku” tapi karena aku baru dibandung aku belum punya kenalan atau sodara yang berjualan bunga sampai akhirnya aku memutuskan harus tidur lebih awal dan bangun sangat pagi, aku akan menemui penjual yang akan diajak kerjasama
Aku bangun pagi pagi sekali mandi makan dan mengajak teman dekatku pada awalnya dia penuh keyakinana mau berjualan, aku membangunkan teman, aku pikir dia langsung pergi ke kamar mandi mau mandi, tapi dia pulang dari kamar mandi dia jawab “ dia tidak ada bakat untuk berjualan “ aku pun tidak banyak melontarkan pertanyaan dan melajutkan menyetrika baju, makan dan setelah itu langsung pergi pamitan dengan temanku tanpa menayanyakan dia mau ikut atau tidak,
hmmmm sedikt takut karena memang ini kali pertama aku berjualan dikampus yang baru dua minggu aku beradaptasi, namun baru saja kaki membuka pintu keluar tiba tiba ada pesan masuk “apabila seseorang meninggalkan doa bagi kedua orangtua maka akan terputus rezekinya (Hr.ad-dailami) “ maka aku seolah-olah mempunyai kekutan baru saat kaki terus melangkah bibir ini terus membaca doa untuk orangtua “ allahhhuma ini walidaya warhamhuma kama robayani sogiro” doa-doa it terus aku panjatkan dengan keyakinan aku mendaptkan semangat dan keberanian untuk berjualan,
Pagi itu dengan situasi biasanya sepanjang jalan sudah sangat ramai sekali anak-anak pergi kesekolah polisi mengamankan lalu lintas para sopir angkot dengan biasnya berteriak teriak mencari penumpang, maka ketika aku sampai digerbang kampus aku melihat keramiaan yang sedikit berbeeda dari biasanya di pinggir pinggir jalan, ada beberapa bapak-bapak dan ibu ibu yang sudah menjejerkan bunga bunga tanda ucapan selamat bagi para wisudaan yang siap untuk dijualkan kepada orangtua dan keluarga yang mengantar,
Hati semakin deg deg an melihat aktivitas mereka, sambil meyakinkan pada diri sendiri aku bisa, kira-kira seperti itu, kaki ini terus aku langkahkan sampai pada akhirnya lima meter dari tempat acara wisuda ada seorang ibu-ibu yang tampak asik sedang menawarkan bunga kepada pembeli aku diam diam mendekatinya dan menunggu pembeli itu tidak ada, pada awalnya ibu itu menyangka aku pembeli, namun aku berbicara sangat pelan sekali “ ibu beli bunga nya dari mana ? dia menjawab ada neng di tempat saya deket .” o gtu ya bu, saya perlahan –lahan menyampaikan tujuan saya bahwa saya ingin berjualan dan tidak punya teman atau saudara yang berjualan bunga , “namun ternyata ibu itu tidak merespon apa yang aku maksud “ aku pun berpamitan meneruskan langkah kaki ini dan mengucapakan terimaksih atas informasinya
Aku pun melanjutkan langkah dengan harapan ada orang yang mempercayai, saat aku hampir sampai diacara tempat wisuda tampak banyak orang yang sedang berjalan sambil membeli bunga yang diasongkan oleh beberapa penjual, doa-doa pun terus aku lontarkan dengan harapan aku mempunyai keberanian untuk menemui para penjual, aku sempat berputus asa dan ingin pulang atau nyari sinyal wife untuk melanjutkan mengerjakan tugas, namun aku mencoba membaca stuasi para penjual bunga, aku melihat ada seorang ibu-ibu tua tampak kusam menggunakan baju warna ungu tua kerudung ungu dan rambut yang sedikt kelihatan keluar, dan tampak bingung menjual barang dagangaannya, karena dagangannya belum ada yang menghampirinya dan dia seperti mencari cari tempat yang pas untuk berjualan
Aku mencoba mendekatinya sambil aku tersenyum dan bertanya “ ibu boleh aku bantu jualannya?” ibu itu tampak ragu namun kemudian wajah keraguaanya itu dengan sumringah mengijinkan untuk mengambil dagangnya, aku pun menanyankan harga bunga yang aku jual berapa harga jual bunga satuananya, aku pun mengambil 10 tangkai bunga yang harganya Rp. 25.000 dan yang ukuran kecil aku ambil 20 tangkai harganya Rp. 5.000 dan yang paing besar aku mengambil 5 tangkai harganya Rp.50.000 bismillah aku niatkan , aku mulai menawarkan kepada beberapa keluarga yang mengatar para wisudawan ayo ibu bunganya teteh bunganya sampai dua jam aku berdiri dan berteriak teriak menawarkan belum satupun orang menghampiri bunga yang aku jual, hmmm mulai patah semangat karena yang di sampingku mereka sudah banyak menjul tangkai bunga , akupun terus memanjatkan doa “ ya allah jadikan lah hari ini pembelajaran buatku, untuk aku syukuri nikmatmu ini”
aku pun kembali berterik menawarkan bunga bunga yang aku jual “teteh bunga ya the bapak bunga ya pak” sampai penglihatan ku tidak begitu jelas melihat banyaknya orang yang menhadiri wisuda hari itu, hmmm aku pun duduk ke pinggir mencari yang teduh dan bebera menit istirahat badanku kembali pulih dan mencoba menawarkan kembali
teriakanku semakin keras “bapak bunganya pak ibu bunganya bu”, akupun tidak lantas putus asa tiba tida dari atas ada ibu ibu sangat rapi sekali sepertinya dia keluarga atau kaka wisudawan yang mengantar, dia menuntun anaknya dalam hatiku “ ya allah tujukanlah anak itu untuk menghampiriku dan membeli bunga yang aku jual”, akhirnya allahmduliah anak itu memelilih bunga yang aku jual pertamanya dia ingin mawar berwarna merah , hmmm bunga mawar merahnya tidak ada, namun tiba tiba anak itu berubah pikiran ingin mawar yang warnanaya orange, allahmadu;ialh gumam ku dalam hati, dan pendapatan Rp.5000 ku yang pertama entah apa maknanya aku mengikuti ritual uang Rp.5000 di kipas kipas kedagangan,mengikuti para pedagang yang penjualan saat pertama kali jualan mereka ada yang membeli mungkin hoki juga aku juga tidak menegrti, aku semakin semangat untuk terus melajutkan berjualan
Panas pun mulai membuat beberapa pedagang untuk pindah berjualan mencari tempat yang teduh, dan aku pun begitu, sampai bunga yang aku bawa habis terjual, aku langsung menemui ibu pemilik bunga untuk menyetorkan hasil jualnku, hitung dihitung aku dapet lebihnya Rp.100.000 aku sangat bahagia betapa tidak karena tanpa modal uang seperpun aku bisa menyambung hidupku untuk hari esok, namun keika aku menyetorkan uangnya ibu itu berpikir aku sangat sedikit sekali mengabil untungnya ,padahal menurutku itu sangat besar sekali, dia memberi aku uang Rp.50.000 namun aku menolaknya karena apa yang aku dapatkan sudah lebih dari cukup, ibu itu terus memaksaku sampai bebrapa kali aku menjawab tidak mau dan mengembalikan uang si ibu itu, dan ibunya ga mau, aku berpura pura menerimnya, sampai ketika aku berpamitan aku selipkan uang yang ibu itu berikan dan aku pun berlari, si ibu ketawa dan “ ih si eneng mahnya”
Ketika perjalanan menuju pulang ke tempat persinggahan alias kost kostan tercinta, aku melewati langganan ku makan baso, sudah lama tidak makan baso disana, tanpa pikir panjang akupun langsung memesan dua bungkus satu baso urat bihun dan satu lagi baso cincang campur, et gembul sekali ya aku, tapi tenang saja itu bukan untuk aku makan dua duanya, aku ingat tadi pagi meninggalkan teman ku sendirian di kostan yang focus mengerjakan tumpukan tugas, hmmm akhirnya makan bareng deh, rasanya enak sekali makan baso dari keringat sendiri
Hidup ini adalah perjuangan, dan perjuangan butuh pengorbanan, pengorbanan bukan berarti tanpa keringat, keringat lelah hari ini adalah mimpi yang mulai satu persatu dipatahkan, aku yakin kesulitan hari ini bukanlah sebuah misteri yang harus ditakuti namun dihadapi dengan penuh keyakinan bahwa kita mampu dan jangan sesekali putus asa, namun ketika terlanjur putus asa maka minumlah obat sehari lima kali yaitu sembahyang yang khusu, berdoa setiap saat dan membaca al-Quran untuk penenangnya,
Aku juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pemberi beasiswa, yang sudah sangat mempercayaiiku untuk memegang amanah ini, dia adalah sosok semangat, pendengar yang baik, dan atasan yang mampu berkomunikasi baik dengan bawahannya, kesempurnaannya yang di dapatkan di dunia tidak lantas membuatnya untuk berbangga diri namun dengan jabatanya dia terus membantu orang yang memebutuhkan, semoga apa yang diberikan senantiasa menambah kesehatan dirinya, keluarganya dan yang paling penting usianya yang panjang agar dia mampu membantu banyak orang seperti aku yang membutuhkan dan bisa mewujudkan mimpi-mimpi yang banyak orang idamkan, peluk hangat semoga selalu dimudahkan urusannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H