Ditengah padat lalu lalang manusia, aku terus berjalan menelusuri pinggiran trotoar. Sangatlah pengap dan panas udaranya. Tak tahan rasanya menantang kejamnya terik mentari. Buru – buru aku menuju ketempat kerja dengan bawaan yang tak sedikit pula.
Tiba disebuah penyeberangan jalan, aku belokkan langkahku mengikuti arah rambu-rambu yang terpampang dijalan. Di seberang jalan langkahku terhenti sejenak ketika mengetahui ada orang yang tengah mengikutiku dari belakang sejak tadi.
Untuk menghindarinya, kepercepat lagi langkahku. Karena tempat dimana aku bekerja tidak jauh dari sini. Aku semakin takut begitu lelaki berwajah menakutkan itu mendapatiku. Sontak aku teriak karena reflek.
“ Aaaahhhh……. !!”
“ Mau apa kamu. Dari tadi membuntutiku !!”, tanyaku penuh dengan kecurigaan.
“ Maaf, mbak. Bukan maksud saya untuk membuntuti dari belakang. Sejak keluar dari toko bakery diseberang jalan tadi saya menemukan ini. Dan kebetulan saya tahu siapa pemiliknya. Ini silahkan dicek, barangkali ada yang ketinggalan !!”
Setelah aku ambil dompet hitam yang disodorkannya kepadaku aku cek satu per satu. Ternyata tak satupun uang yang hilang. Begitu aku mau mengucapkan terima kasih, ternyata lelakiburuk rupa itu sudah menghilang dari hadapanku.
Aku benar – benar menyesal telah menghakimi nya sedemikian rupa. Ternyata berwajah buruk rupa bukan berarti buruk pula hatinya. Kusimpan rasa sesalku hingga bertemu lagi dengan pria itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H