Berada di ujung timur Lombok, penyelenggaraan satu event unik seperti PWdT, tantangan terbesar diantaranya mendapatkan dukungan partnership. Pertimbangan ini, kemudian membuat tim inti menyepakati usaha ekstra, yakni setiap hasil Live Painting yang biasanya akan dibawa kembali oleh masing-masing pelukis bisa dimiliki donatur. Di PWdT I dan II, pihak partner yang waktu itu dari Investment Island Foundation (IIF) tidak menyangka akan berkesempatan mendapatkan apresiasi ini. Dua lukisan favorit tim mereka, akhirnya dibawa dan terpasang di kantor. Demikian pula di PWdT III. Dua hasil Live Painting, dipilih Luxsy Art, sebagai sponsorship utama kegiatan ini. Lukisan ketiga yang diambil donatur, karya dari Abah Yanto. Goresan tegas kuasnya, diuraikan Miq Adi, yang diawal terkesan abstrak, namun diselesaikan dan kembali menjadi naturalis.Â
Sebagai pengelola marketplace yang mengkhususkan penjualan karya seni, Edwin yang merupakan owner Luxsy Art, memandang ini adalah kesempatan besar memulai untuk mengkoleksi karya terbaik. Dimana, hasil lukisan diselesaikan di rentang waktu 5 sampai 6 jam, yang merekam secara langsung keindahan satu lokasi. Satu kekhususan, bahwa lokasi ini bisa jadi berubah di beberapa waktu ke depan. Nominal donasi untuk yang memiliki kesempatan istimewa ini, dimulai dari angka 500K rupiah. Urutan kesempatan memilih lukisan terbaik pun, sesuai nilai donasi. Semakin besar donasi pihak sponsor, mereka pun berhak memilih paling awal.
Miq Adi, owner Dame Canvas yang juga pelukis senior serta kurator, menjelaskan lukisan terbanyak di Live Painting PWdT III terbanyak berkonsep naturalis. Beberapa rumah tua khas suku Sasak Lombok yang terdapat di bawah puncak Bukit Selong, seolah dipindahkan langsung ke atas canvas alias di copy paste. Sebagian lainnya, melukis seorang model yang kenakan 'Lambung', busana adat perempuan suku Sasak. Warna kuning cerah, jadi kontras di latar deretan Bale Adat, rumpun bambu, serta rerumputan hijau di lereng Bukit Selong. Spot yang juga didatangi, oleh 10 pemenang lomba menulis Kompasiana, di Desember 2021 dulu.
PWdT IV Direncanakan Kembali ke Pantai
Nah, lalu, dimanakah PWdT IV akan berlangsung? Kembali ke konsep paling awal ketika event unik ini digagas bersama, harapannya, anak-anak di pelosok lah yang ditargetkan mengenal dunia seni dengan cara menyenangkan. Bahwa, tak masalah melukis langit di warna hitam pekat atau birunya laut di oranye terang. Warna warni dunia di mata anak-anak yang masih murni, alasan berikutnya memilih frase 'Pelangi Warna'. Juga untuk membendung pengaruh buruh, kelompok masyarakat tertentu yang mengklaim indahnya warna-warni pelangi sebagai lambang aktivitas mereka. Tentu harapan-harapan indah yang tak lantas langsung terwujud. Namun, proses bersama di tiga kali pelaksanaan yang sudah berlangsung, diyakini sebagai langkah yang dimulai dan pantang berhenti.
Dari sisi timur pulau Lombok, dunia seni, dunia literasi, cara lain melakukan kegiatan kemanusiaan. Mengajak sebagian yang kurang beruntung, sekaligus usaha memberikan sedikit ilmu yang dikuasai, sisanya, tentu atas nama dan demi kebaikan bersama. Semoga.
*Selong, 3 Nopember 2024
Rasa terima kasih sebesarnya disampaikan ke setiap tim PWdT yang terlibat dari persiapan, HDay, sampai pascakegiatan. Ucapan sama disampaikan khusus ke Siti Humaeraq, Andre (tim desa Sembalun), serta tim dr. Jayeng Sasmita. Penulis rilis - Muslifa Aseani (Tim Admin KOLOM).