Beberapa waktu lalu ramai dibicarakan oleh netizen sebuah buku yang dianggap tidak layak dipublikasikan. Buku tersebut berisikian konten tentang pendidikan seks usia dini, namun buku tersebut dianggap tidak pantas untuk diedarkan di masyarakat karena dinilain adanya unsur pornografi. Â
Tidak ada buku pendidikan seks yang porno. Artikel ulasan Kompasianer ini sangat layak untuk dibaca sebagai referensi. Artikel ini pun menghiasi headline Kompasiana bersama beberapa artikel lainnya seperti tentang makna simbolis kaca di Lawang Sewu dan ulasan tentang Ujian Nasional.
Berikut ini adalah headline pilihan hari ini.
1. Tidak Ada Buku Pendidikan Seks yang Porno
Buku ini dianggap seolah-olah porno karena dibaca sepenggal. Penggalan tadi kemudian menjadi viral di media sosial dan gegerlah dunia pengetahuan.
Buku pendidikan seks beda dengan majalah porno. Namanya juga pendidikan seks, yang dibahas pastilah seputar kelamin, perilaku seksual, pengendalian diri dan risiko dari perilaku seksual yang menyimpang.
2. Ketika Gamelan Menyapa Arab Saudi
Pada tanggal 16 sampai dengan 20 Januari 2017 lalu, Tim Wayang Kulit Durasi Singkat Museum Sonobudoyo hadir di King Abdullah University of Science and Tehnology (KAUST), Jeddah, Saudi Arabia. Pertunjukan wayang kulit dengan lakon Penculikan Dewi Sintha, Hanoman Duta dan Matinya Rahwana dan Kumbakarna dari cerita Epos Ramayana ini ditampilkan di acara Winter Enrichment Program (WEP) Final Gala 2017.
Penampilan Tim Wayang Kulit Durasi Singkat Museum Sonobudoyo di Jeddah ini diharapkan akan membuka jalan bagi kehadiran pertunjukan wayang dan gamelan di kota-kota lain di Arab Saudi nantinya.
Meskipun gamelan belum dimainkan di tempat terbuka seperti gedung pertunjukan kota atau pusat perbelanjaan, namun ada harapan bahwa masyarakat Arab Saudi akan lebih mengenal gamelan ke depannya. Alat musik bersuara indah yang hanya bisa dimainkan dengan keharmonisan seluruh pengrawitnya ini adalah warisan budaya Indonesia yang mempesona.